Setelah menjalani musim pertamanya dengan baik di Manchester United, Anthony Martial mengarungi musim kedua dengan ekspektasi yang tinggi tentunya. Raihan 18 gol dan 11 asis membuat ia menjadi topskor dan terus dibicarakan karena umurnya yang saat itu baru menginjak 20 tahun. Musim ini, di bawah manajer baru, Jose Mourinho, Martial mengalami penurunan performa yang diakibatkan oleh beberapa hal.

Pertama tentu adalah kedatangan Zlatan Ibrahimovic yang praktis mengunci posisi yang diisi Martial pada musim sebelumnya. Zlatan tak hanya ‘merebut’ posisi Martial, tapi juga nomor punggung sembilan yang ia kenakan di musim pertamanya. Martial akhirnya berganti nomor menjadi 11 dan sempat dikabarkan akan hengkang karena hal tersebut. Tapi ia akhirnya ia bertahan di skuat Mourinho.

Martial bermain sejak menit pertama kala United berhadapan dengan Leciester City di ajang Community Shield. Diposisikan sebagai sayap kiri, Martial tidak terlalu dominan pada pertandingan tersebut. Ia hanya membuat satu dribel, dua tembakan, dan bahkan sama sekali tidak membuat umpan kunci. Pemain asal Prancis ini akhirnya digantikan oleh Marcus Rashford pada menit ke-74.

Martial kembali bermain sebagai starter pada pertandingan perdana United di Premier League. Melawan Bournemouth, United sukses merah kemenangan dengan skor 3-1 dan Martial mampu mencetak dua asis. Ia kembali bermain dalam dua pertandingan Premier League berikutnya.

Tapi sayangnya, ia hanya bisa mencatatkan dua umpan kunci, dua dribel, dan tiga tembakan pada dua pertandingan tersebut. Hal ini mulai membuat Martial dianggap tidak dapat bermain dengan baik jika dimainkan sebagai sayap kiri. Namun apa daya, sosok Zlatan di posisi striker tentu tidak bisa diganggu gugat.

Pada pertandingan keempat, United melakoni laga Derby Manchester. Namun tidak ada nama Martial dalam daftar starting eleven United. Kala Jesse Lingard dan Henrikh Mkhitaryan bermain buruk pun, Mourinho lebih memilih memasukan Ander Herrera dan Rashford ketimbang dirinya. Ia baru masuk pada menit ke-81 menggantikan Luke Shaw dan diplot di posisi terbaiknya, sebagai striker. Namun waktu yang terlalu sedikit membuatnya tidak mampu memberi kontribusi bagi United.

Pertandingan selanjutnya, Martial dimainkan sejak menit pertama kala menghadapi Watford namun ditarik keluar pada menit ke-38 akibat cedera yang membuatnya absen di pertandingan United selanjutnya.

Martial kembali pada pertandingan melawan Stoke City di awal Oktober. Eks pemain AS Monaco itu masuk pada menit ke-67 dan berhasil mencetak gol dua menit setelahnya. Namun Martial kembali harus absen karena mengalami cedera dan tidak bisa dilibatkan dalam pertandingan melawan Liverpool.

Sejak itu, Mourinho mulai mencoba beberapa pemain di posisi sayap kiri. Alhasil, hingga akhir 2016, Martial hanya bermain di enam pertandingan liga dari total 11 laga yang dimainkan United dan hanya sekali bermain penuh. Martial kerap dimainkan di kompetisi lain seperti EFL Cup dan Europa League. Ia bermain cukup baik dan berhasil mencetak gol pada pertandingan Europa League melawan Fenerbache dan membuat dua gol kala United berhadapan dengan West Ham United di ajang EFL Cup.

Di pengujung tahun, Martial bermain apik ketika United menjamu Middlesbrough. Kembali diplot sebagai sayap kiri, Martial sukses mencetak satu gol. Tak hanya itu, ia juga merepotkan barisan pertahanan lawan dengan tujuh dribel dan dua umpan kunci yang ia ciptakan. Whoscored bahkan memberinya rating 9,3 yang menjadikannya pemain terbaik pertandingan versi penyedia statistik sepakbola itu.

Jadwal padat yang dihadapi United membuat Mourinho terpaksa merotasi pemainnya, tak terkecuali Martial. Ia kembali hanya mendapat kesempatan bermain diluar kompetisi liga. Namun Martial sukses memberi sumbangsih satu gol dan dua asis di dua pertandingan pertama United di kompetisi FA Cup.

Martial kembali tampil di Liga Primer pada 11 Februari melawan Watford, setelah ia tidak dimainkan di tiga pertandingan liga sebelumnya. Martial tampil impresif dengan catatan satu gol dan satu asis. Tapi Mourinho masih belum memberi kepercayaan kepada Martial untuk bermain di posisi terbaiknya.

Di partai puncak EFL Cup, Martial tampil 90 menit penuh dan bermain cukup baik. Ia mampu membuat empat dribel dan dua umpan kunci yang kerap merepotkan pertahanan Southampton. Tapi setelah itu performanya dapat dikatakan kurang konsisten.

Di akhir April, Zlatan mengalami cedera parah yang membuatnya absen hingga akhir musim, hal ini membuat Mourinho harus mencari pemain lain untuk mengisi posisi ujung tombak. Pertandingan pertama setelah Zlatan cedara, Mourinho mempercayakan posisi tersebut kepada Martial. Pemain berusia 21 tahun itu sukses tampil memukau dengan raihan satu gol dan satu asis pada pertandingan melawan Burnley itu. Para pundit pun semakin berasumsi bahwa Martial memang lebih baik bermain sebagai striker.

Namun setelah itu Mourinho lebih sering memberi posisi striker kepada Rashford hingga akhir musim dengan alasan Martial tidak bisa memberikan apa yang ia mau. Akhirnya Martial mengakhiri musim dengan cukup mengecewakan. Ia hanya mampu mencetak delapan gol dan delapan asis dari 42 penampilan.

Penurunan performa ini disinyalir akibat dari Martial yang tidak dimainkan di posisi terbaiknya. Bermain sebagai sayap kiri, Martial tidak mampu berbuat banyak karena ia memang tidak memiliki kemampuan yang seharusnya dimiliki seorang sayap. Kekuatan Martial pada penyelesaian akhir juga tidak banyak mendapat kesempatan akibat dari posisinya tersebut.

Musim depan, United diyakini akan kembali memiliki striker matang, entah itu Zlatan atau beberapa nama tenar lainnay yang masuk dalam radar. Bagi Martial, tidak mudah memang untuk bersaing dengan pemain yang berpengalaman. Oleh karena itu, ia harus banyak berlatih di posisi manapun yang Mourinho berikan.