David Beckham telah menorehkan tinta emas selama 10 musim berseragam merah Manchester United. Sebanya 394 penampilan dan 85 gol menghasilkan 13 gelar bagi United ditambah dengan beberapa gelar individu lainnya.

Selain itu kombinasinya dengan Ryan Giggs di sisi kiri membuat Manchester United menjadi kesebelasan yang akrab dengan serangan-serangan dari sisi sayap. Seperti dikutip dari Inside United, berikut penulis paparkan momen-momen terbaik David Beckham selama di Manchester United.

Beckham Bercerita tentang Menjuarai FA Youth Cup 1992

“Itu adalah momen terbaik saya namun di satu sisi saya juga merasa cemas karena manajer bisa saja mencoret dan tidak membutuhkan kami. Saya bisa bermain bersama dengan kelompok pemain yang dapat diajak bekerja sama baik di dalam maupun di luar lapangan.”

“Ada Paul (Scholes), Nicky (Butt), dan Gary (Neville). Kami semua melewati semua pembinaan dengan baik dan dibesarkan dengan cara yang sama. Kami akhirnya bisa melewati itu semua dan mewakili negara kami di pentas dunia dan itu sangat spesial karena yang seperti ini jarang terjadi di sepakbola. Dan itu semua karena kami bermain di Manchester United, klub yang kami semua cintai.”

Tentang Gol Terbaiknya Melawan Wimbledon pada 1996

“Saya senang dengan gol tersebut, tapi apa yang terjadi setelahnya justru lebih menyenangkan. Ketika saya memasuki lorong, tiba-tiba Eric (Cantona) datang menyalami saya lalu mengatakan, ‘Itu gol yang hebat.’ Seketika itu juga gol tersebut menjadi terkesan biasa saja karena yang paling hebat saat itu adalah bukan karena golnya tetapi karena perkataan dari seorang Eric Cantona.”

Tentang Nomor 7 dan Hal-Hal yang Dipelajari dari Eric Cantona

“Saya tidak bisa berkata-kata saat itu dan bak disambar petir ketika saya menerima nomor tujuh dari Eric. Tapi itu sudah menjadi kemauan manajer, maka saya menerimanya dan membuktikan bahwa saya pantas menggunakan nomor ini.”

“Saya mendapatkan banyak pelajaran penting dari Eric. Salah satunya adalah jika ingin berhasil maka kita harus kerja keras. Saya melihat beberapa kali Eric pulang paling terakhir dari sesi latihan hanya untuk berlatih menendang bola dan mengasah semua aspek permainannya. Dan kedisiplinannya itulah yang akhirnya menular kepada saya dan juga seluruh skuat United.”

Tentang Treble Winners 1998/1999

“Saya tidak akan pernah bosan membicarakan soal tiga gelar itu. Jujur itu musim yang sangat berat mengingat apa yang terjadi kepada saya di piala dunia sebelumnya (dikartu merah vs Argentina). Namun berkat dukungan publik Old Trafford saya bisa melewati itu semua.

“Musim itu sangat melelahkan mengingat pertandingan-pertandingan sulit yang kami jalani. Melawan Tottenham di pekan terakhir liga. Sempat tertinggal tapi kami bisa menang. Begitu juga dengan final Piala Champions di mana kami bermain tanpa Scholes dan Keane. Semua laga itu menguras tenaga kami. Barulah ketika kami merayakannya, saya menyadari bahwa saya telah membuat momen istimewa bagi karir saya.”

Tentang Hengkang dari Manchester

“Sebenarnya saya tidak ingin meninggalkan United, tapi ada beberapa hal yang telah berubah beberapa pekan setelahnya. Tak akan pernah mudah hengkang dari United. Namun secara keseluruhan musim saya di United berjalan sukses. Sangatlah spesial bisa bermain buat klub yang saya cintai sejak kecil meski saya besar di London. Tumbuh jadi suporter United dan mencapai kesuksesan adalah suatu mimpi yang jadi kenyataan.”

Tentang Aktivitasnya Pasca Pensiun Sebagai Pemain Sepak Bola

“Saya akan merindukan sepak bola. Saya mengalami situasi ketika saya harus menerima kenyataan kalau saya sudah bukan pemain bola lagi. Namun karena saya sudah memiliki empat anak, dan mendapat kesibukan lain maka saya bisa mengatasi itu semua. Bahkan sekarang saya bisa pergi ke Old Trafford bersama anak-anak saya dan duduk di tribun sebagai suporter. Rasanya sangat spesial.”