Kedatangan Marcos Rojo pada musim panas 2014 lalu sempat mengingatkan sebagian besar fans United terhadap sosok pemain bertahan United yang juga berasal dari Argentina. Siapa lagi kalau bukan Gabriel Heinze. Pemain bernama lengkap Gabriel Iván Heinze itu pernah menjadi idola publik Old Trafford dan mengunci satu posisi di skuat utama United meski karirnya bersama United ia akhiri dengan kontroversi. Hari ini, Heinze tengah merayakan ulang tahunnya yang ke-39.

Heinze lahir di sebuah kota bernama Crespo di provinsi Entre Rios. Secara keturunan, Heinze tidak memilki darah Argentina. Ayahnya berasal dari Jerman dan ibunya dari Italia. Heinze memulai karir sepakbolanya bersama Newell’s Old Boys, yang juga adalah klub masa kecil Lionel Messi.

Ketika menginjak usia 19 tahun, ia mulai diminati oleh beberapa kesebelasan Eropa dan pilihannya tertuju pada kesebelasan Spanyol, Real Valladolid. Musim pertama ia lalui tanpa sekalipun tampil. Hingga akhirnya ia dipinjamkan ke Sporting CP pada musim panas 1998.

Setelah kembali ke Valladolid, Heinze mulai dipercaya untuk bermain di tim utama. Selama dua musim, ia mencatatkan 54 penampilan sebelum akhirnya hijrah ke ibukota Prancis untuk membela PSG. Heinze menjalani 105 pertandingan bersama PSG hingga tahun 2004. Sir Alex Ferguson kemudian membawanya ke Manchester dengan baderol 6,9 juta paun pada Juli 2004.

Karirnya bersama United ia awali dengan baik. Meski berposisi sebagai bek kiri, namun debutnya ia hiasi dengan gol ke gawang Bolton pada 11 September 2004. Secara instan, Heinze menjadi pilihan pertama Ferguson untuk posisi bek kiri. Meski United tidak menjuarai liga pada musim pertamanya, namun Heinze berhasil menyabet gelar individu.

Ia dinobatkan sebagai Sir Matt Busby Player of the Year, atau dengan kata lain gelar pemain terbaik United pada musim itu meski ada nama-nama tenar seperti Ryan GIggs, Wayne Rooney, Cristiano Ronaldo, dan Ruud Van Nistelrooy di skuat United. Fans United juga seakan langsung jatuh cinta dengan pemain ini, chant untuknya kerap terdengar di Thatre of Dream.

Namun ia tidak beruntung pada musim keduanya. Pada September 2005, Heinze cedera ketika United berhadapan dengan Villareal pada ajang Liga Champions. Tim medis mengungkapkan bahwa ia akan absen hingga akhir musim. Heinze sempat mengindikasikan akan tampil pada akhir musim setelah bermain bagi tim reserve pada bulan April. Namun cederanya belum benar-benar pulih dan ia tidak dapat bermain untuk tim utama United.

Kondisi ini membuat Ferguson mencari pemain yang sepadan untuk menambal Heinze pada musim selanjutnya. Pilihan Ferguson jatuh kepada Patrice Evra yang ia tebus dari AS Monaco. Evra berhasil ‘mengganggu’ Heinze untuk posisi bek kiri. Pada musim 2006/2007, Heinze kerap bermain sebagai bek tengah. Selain karena badai cedera yang menimpa United, keberadaan Evra juga menjadi salah satu faktor. United berhasil keluar sebagai kampiun pada musim itu. Pada dua pertandingan terakhir, melawan Chelsea dan West Ham United, Heinze dipercaya mengemban ban kapten United.

Karirnya bersama United yang tampak baik-baik saja tiba-tiba berubah drastis. Setelah bermasalah dengan Ferguson, Heinze akhirnya hengkang ke Real Madrid dengan kontrak empat tahun. Bersama Real Madrid, Heinze berhasil meraih gelar La Liga di musim pertamanya. Dua musim membela Los Blancos, Heinze kembali ke Prancis untuk membela rival PSG, Olympic Marseille, saat berusia 31 tahun.

Bersama Marseille, Heinze benar-benar menjadi andalan tim berjuluk Les Olympiens itu. Musim pertamanya ia lalui dengan baik, Heinze sukses mempersembahkan Double Winner bagi Marseille. Namun performa apik Heinze rupanya tidak membuat kontrak dua tahunnya diperpanjang. Ia dilepas ke AS Roma pada musim panas 2011.

Pada klausulnya bersama Roma, ia sebenarnya berhak mendapat perpanjangan kontrak jika mencatat 25 penampilan. Namun ia justru dilepas Roma pada tahun 2012 dan kembali ke klub lamanya, Newell’s Old Boys.

Ia akhirnya memutuskan gantung sepatu pada tahun 2014 setelah ia merasa kondisi fisiknya sudah sangat menurun. “Seperti dalam hidup, mimpi juga punya akhir. Menjadi bagian dari klub terindah di Argentina akan selalu berada di hati saya. Saya ingin memberi tahu bahwa di akhir musim ini saya tidak akan lagi bermain untuk klub ini. Saya tidak bisa bertarung melawan kenyataan tubuh saya. Saya tidak bisa memenangkan ini,” ujar Heinze.

Meski namanya memang tidak sepopuler pemain yang gemar berkelana seperti Zlatan Ibrahimovic, namun Heinze berhasil meraih gelar di tiga liga top Eropa. Heinze selalu mampu menjadi pemain penting dan menjadi idola fans di tiap klub yang ia bela.