Diego Forlan adalah satu dari dua pemain asal Uruguay yang pernah bermain untuk Manchester United. Sejak 1997 pemain berjuluk Chachavacha ini sudah memperkuat sembilan kesebelasan di delapan negara berbeda. Beberapa waktu lalu kepada FourFourTwo, pemilik 112 penampilan bersama timnas Uruguay ini menceritakan tentang momen-momen penting sepanjang karirnya termasuk alasan memilih bermain di India.

Tentang Perselisihan Dengan Ferguson Hanya Karena Masalah Sepatu

“Itu tidak benar. Sebelum final piala FA 2004 ia (Fergie) mengatakan bahwa dirinya tidak bisa memberikan saya turun lebih banyak di musim depan karena kedatangan Louis Saha dan Alan Smith. Tetapi di musim panas saya masih ikut di pramusim. Bahkan ketika melawan Chelsea di awal musim saya masih berada di bangku cadangan dan masih bermain selama 15 menit.”

“Untuk masalah sepatu sebenarnya Fergie meminta saya memakai sepatu yang pul nya lebih panjang, namun saya merasa tidak nyaman meski sudah mencoba. Masalah itu sudah dibicarakan sejak Februari 2004 namun saya tetap melanggarnya. Selesai laga melawan Chelsea, dia mengetahui bahwa saya tidak mendengarkan sarannya. Lalu dia mengambil sepatu saya dan melemparnya sambil berteriak dan marah. Dia juga membentak Albert (Kitman) karena tidak memaksa saya.”

“Beberapa hari berselang saya menghadap kepada Fergie dan berkata bahwa Villareal mau merekrut saya. Dan dia memperbolehkan saya pergi. Saya sebenarnya ingin lama di United namun situasinya tidak berjalan baik. Namun saya tidak pernah menyesal.”

Tentang Bermain Sambil Bertelanjang Dada Melawan Southampton

Saya sebenarnya kecewa karena orang-orang lebih mengingat saya yang telanjang ketimbang gol saya. Tapi waktu itu saya mengenakan jersey yang terdiri dari dua lapisan. Ada satu lapisan berwarna hitam yang berfungsi untuk menyerap keringat dan saya tahu jika saya melepasnya maka sangat sulit untuk memakainya.

“Tiba-tiba pertandingan kembali dimulai dan saya belum bisa mengenakan baju saya. Lalu bola mengarah ke James Beattie yang berlari menuju gawang United, maka saya berusaha mengejarnya sambil telanjang dan berhasil. Kalau sekarang saya pasti akan terkena kartu kuning karena melepas baju. Namun saat itu larangan membuka kaus belum dibuat. Itulah momen saya bersama United.”

Tentang Mengalahkan Liverpool di Europa League 2010

“Saya kembali mencetak gol melawan mereka seperti ketika saya melakukannya saat berbaju United. Namun ini lebih spesial karena saya melakukannya di kandang dan tandang. Mungkin saya adalah satu-satunya orang yang bisa membuat pendukung Liverpool menangis sedih (tertawa). Namun saya juga senang dengan selera humor orang-orang sana dan saya sangat respek kepada mereka.”

Tentang Pertandingan Melawan Ghana di Piala Dunia

“Saya paham karena semua orang Afrika mendukung Ghana. Namun itu tidak menyudutkan kami. Suarez menahan bola dengan tangan lalu dikartu merah. Pinalti mereka gagal lalu Suarez menjadi kegirangan. Penonton menjadi beringas terhadap kami. Namun itu semua memotivasi kami di babak adu pinalti dan kami menang. Kami menjadi satu-satunya negara Amerika Latin yang tersisa saat itu.”

Tentang Menjuarai Copa America 2011

“Bayangkan negara mana yang bisa mengalahkan Argentina di kandangnya sendiri seperti yang kami lakukan. Kami hanya negara kecil dengan penduduk 3,3, juta jiwa namun bisa menjuarai Copa America di negara sebesar Argentina. Saya juga meneruskan tradisi karena keluarga kami menjadi keluarga pertama yang menjuarai Copa America selama tiga generasi.”

Tentang Pemain Terbaik Menurut Dirinya

“Ada dua. Yang pertama Paul Scholes. Dia adalah pemain serba bisa kecuali tekel. Seluruh tubuhnya sangat berkualitas. Dia bisa tahu apa yang terjadi di sekelilingnya hanya dengan sekali pandang. Yang kedua adalah Roy Keane. Dia selalu membimbing dan mendorong semua pemain untuk bersungguh-sungguh karena dia tidak suka orang yang setengah-setengah. Saya pernah dihubungi dia ketika ia menangani Sunderland. Namun saat itu saya masih bahagia di Atletico Madrid.”

Tentang Mengapa Ia Memilih India

“Saya sebenarnya mendapat tawaran di Inggris namun saya tidak mau bermain di klub Inggris lain kecuali jika United menelepon saya untuk bermain melawan Liverpool (tertawa). Tantangannya luar biasa di sini karena olahraga nomor satu mereka adalah kriket. Sepakbola mereka sedang menuju kesuksesan. Rataan penonton mereka cukup bagus dengan 27.224 di musim lalu. Bahkan pertandingan Atletico Kolkata yang berafiliasi dengan Atletico Madrid bisa mendatangkan hingga 68 ribu penonton.”

Sumber: FourFourTwo, The National Ae