Keunggulan Chelsea musim ini bukan hanya solid dalam bertahan, tapi juga begitu baik dalam menyerang. Setelah berganti taktik ke 3-4-3, The Blues sukses mencetak 25 gol dari 11 pertandingan terakhir mereka.

Itu adalah salah satu perbedaan Chelsea musim ini dengan Chelsea dua musim lalu yang sukses menjuarai Liga Primer Inggris. Bersama Jose Mourinho saat itu, Chelsea lebih dikenal dengan pertahannya yang kuat dibanding dengan penyerangannya. Musim ini, bersama Antonio Conte, mereka sama kuatnya di kedua aspek itu.

Skema 3-4-3 yang dibawa Conte berkontribusi besar bagi naiknya performa Chelsea. Taktik tersebut sangat efektif untuk menyerang dari sektor sayap. Apabila Anda bermain Pro Evolution Soccer dengan 3-4-3 yang digunakan Chelsea, kemungkinan besar Anda akan amat mudah menyerang lewat sayap. Pasalnya, Anda seperti bermain dengan dua pemain sayap yakni Eden Hazard dan Pedro (atau Willian) serta dua wingback yang diisi oleh Marco Alonso dan Victor Moses.

Selain dalam aspek pertahanan, Alonso dan Moses kembali memiliki peran penting dalam skema tersebut. Dalam sektor penyerangan, kedua pemain itu kerap naik dan memberi opsi lain bagi rekannya untuk mengoper. Mereka biasanya melebar hingga mendekati garis, mencari ruang kosong di sisi sayap. Overlap-nya ini membuat sayap lawan cukup kewalahan, apalagi Hazard dan Pedro juga tak jarang menyerang lewat sayap. Maka sering terlihat Chelsea seperti memiliki dua sayap di masing-masing sisi yang sama-sama menyerang.

marco-alonso-hazard

Berbeda dengan skema 4-2-3-1 sebelumnya, di mana kedua bek sayap harus lebih fokus bertahan daripada menyerang, Alonso dan Moses tidak seperti itu. Mereka fokus ke pertahanan dan penyerangan dalam porsi yang sama. Sehingga saat menyerang, mereka tidak perlu ragu untuk naik dan meninggalkan lini pertahanan karena masih ada tiga bek tengah yang menjaga lini pertahanan Chelsea.

Selain rajin melakukan overlap, Moses dan Alonso juga sering menjadi penggagas serangan balik Chelsea, terutama Moses. Kecepatan dan dribel yang baik dari pemain asal Nigeria itu menjadi nilai plus untuk serangan balik. Ia bisa melewati satu atau dua pemain di daerah pertahanan Chelsea dan mengalirkan bola ke wide forward atau langsung ke striker. Sementara itu, Alonso lebih cenderung melepas umpan jauh yang berbuah dua asis hingga pekan ke-17.

Di lini tengah, terdapat Nemanja Matic dan N’Golo Kante. Cukup aneh memang jika melihat sebuah tim yang bermain dengan dua gelandang, tapi keduanya cenderung bertahan. Keduanya lebih mengandalkan fisik daripada teknik. Kedatangan Kante sempat memunculkan kabar hengkangnya Matic karena posisi gelandang bertahan akan diberi kepada Kante, tapi justru mereka berdua bermain bersamaan. Keputusan ini diambil Conte untuk membantu pertahanan.

Namun ternyata keduanya juga baik dalam membantu penyerangan. Kante dan Matic kerap melebar untuk membuat superioritas jumlah. Mereka berdua juga mampu mengalirkan bola dengan baik dari sisi ke sisi. Matic bahkan mampu membuat enam asis sejauh ini, yang menjadikannya pencetak asis kedua terbanyak bersama Adam Lallana, Alexis Sanchez, dan Wilfried Zaha, dengan jumlah yang sama.

Trio Hazard-Pedro-Costa

Pemain yang benar-benar menjadi motor serangan Chelsea tentunya tiga pemain yang berada di depan. Dua wide forward dan striker andalan publik Stamford Bridge, Diego Costa.

Hazard dan Pedro diplot sebagai pemain sayap yang diberi kebebasan bergerak. Hal ini disebabkan karena posisi lain sudah terisi. Di sisi tengah, sudah ada Matic dan Kante. Alonso dan Moses mengisi sektor sayap. Begitu pun di depan, ada Costa disana. Kondisi ini membuat kedua pemain itu bisa bergeral kemanapun, mencari ruang kosong, menarik pemain bertahan lawan, atau menerobos masuk ke kotak penalti lawan.

Berbeda dengan skema 4-2-3-1 yang dulu diterapkan, di mana kedua pemain itu memang difokuskan mengisi ruang di sisi kiri dan kanan pertahanan lawan. Mereka juga tidak perlu terlalu turun saat bertahan karena ada Moses dan Alonso yang menjaga sektor sayap pertahanan Chelsea.

Kondisi ini membuat Hazard lebih nyaman. “Saya lebih sering menusuk ke dalam. Itu memberikan kebebasan yang lebih bagi saya. Saya merasa sangat baik saat ini. Conte tidak mengubah banyak hal, saya hanya sedikit lebih bebas baik ketika kami menguasai bola mau pun tidak,” ujar pemain asal Belgia itu.

Para wide forward itu juga mampu menunjukan performa impresifnya sejauh ini. Hazard mencetak delapan gol dan satu asis. Ia juga kerap menyulitkan lawan dengan dribelnya. Catatan 4,4 dribel per laga (terbaik di liga) menjadi bukti bagaimana ia rajin mengobrak-abrik pertahanan lawan. Pedro dan Willian juga bermain baik. Pedro mencatatkan lima gol dan tiga asis serta Willian sukses membuat tiga gol dan satu asis.

Kekuatan lini depan Chelsea lainnya ada pada ujung tombak mereka, Diego Costa. Ia sering menjadi game changer bagi Chelsea. Pemain asal Spanyol itu mengemas 13 gol dari 17 pertandingan liga. Ia terlihat lebih nyaman bermain dalam skema ini. Conte memang memfokuskan Costa untuk mencetak gol sehingga ia lebih sering beroperasi di kotak penalti lawan.

“Saya tidak menyukai penyerang yang memiliki gaya berlari keseluruh tempat di lapangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan dia untuk selalu berada disana (kotak penalti) karena tugasnya adalah untuk berada di posisi yang menguntungkan serta mencetak gol. Sebab, jika dia tidak berada di sana, dia adalah gelandang atau bek, dan bukan penyerang,” ujar Conte.

Namun, bukan hanya mencetak gol, ia juga kerap bergerak mengelabui lawan, dengan tujuan memberi ruang bagi Hazard dan Pedro ketika ia dijaga ketat oleh bek lawan. Costa cukup sering bergerak ke daerah yang lebih dalam dan pergerakannya itu membuat bek lawan kebingungan. Karena jika bek lawan mengikuti Costa hingga area yang lebih dalam, Hazard dan Pedro (atau Willian) akan memiliki ruang dan kedua wide forward itu sangat berbahaya jika diberi ruang.

Kondisi tersebut terjadi saat gol Willian ke gawang Manchester City. Hazard yang mendapat bola clearance dari Fabregas mengirim bola kepada Costa yang berlari lebih ke dalam. Costa sukses mengelabui Nicholas Otamendi yang melakukan pressing terhadapnya. Ini membuat Willian memiliki ruang kosong di sisi kanan. Willian pun bergerak menuju ruang tersebut. Costa yang mengetahui Willian memiliki ruang langsung memberi umpan terobosan. Kolarov tak mampu mengimbangi kecepatan pemain asal Brazil itu. Willian sukses mencetak gol dalam situasi satu lawan satu melawan Claudio Bravo.

Costa menjelma menjadi salah satu striker menakutkan di Liga Primer. Selain gol, ia juga menciptakan lima asis hingga pekan ke 17. Perbedaan yang cukup menonjol dalam diri Costa adalah ia tidak lagi sering berkelahi dengan pemain lawan. Costa justru lebih sering terlihat bekerja keras untuk mencetak gol.

“Diego adalah pejuang sejati! Kehadirannya krusial karena penting untuk memiliki pejuang sejati dalam setiap laga. Setiap pertandingan adalah pertarungan dan penting untuk memiliki pejuang,” sanjung Conte.

Perkembangan Costa juga dipuji oleh Conte. “Saya hanya ingin bekerja dengan para pemain saya untuk membantu mereka berkembang. Ketika Anda memiliki talenta yang berpadu dengan performa dan pengetahuan taktik yang baik, maka Anda adalah pemain fantastis.”

Taktik yang Conte terapkan berjalan dengan baik. Para punggawa Chelsea terlihat nyaman ketika membangun serangan. Hazard dan Pedro yang dinamis berhasil menciptakan berbagai ruang. Begitu pun dengan Alonso dan Moses yang kerap tak terkawal di sektor sayap. Pergerakan yang baik dari Costa juga berhasil membuat serangan Chelsea menjadi lebih hidup.

Secara kasat mata, Chelsea memang tidak memiliki ciri khas dalam menyerang. Mereka tidak seperti : Barcelona-nya Pep Guardiola dengan Tiki Taka, Manchester United-nya Luis Van Gaal dengan permainan possesion, Leicester City-nya Claudio Ranieri dengan serangan balik dan umpan jauh, atau Manchester City-nya Manuel Pellegrini dengan umpan silang akurat. Tapi Chelsea mampu menciptakan momen dan peluang dengan cara apapun. Mereka terlihat mampu mencari berbagai cara untuk mencetak gol.

Chelsea juga mampu bermain efektif dalam menyerang. Mereka menempati urutan keempat urusan rasio konversi gol (jumlah gol dibagi jumlah tendangan) dengan catatan 18,5%. Serangan balik mereka juga sangat berbahaya. Costa, Hazard, dan Pedro mampu menunjukan kualitasnya saat membangun serangan balik. Hingga pekan ke 17, serangan balik Chelsea adalah yang terbaik di liga dengan total tiga gol berhasil diciptakan.

Meski akhir-akhir ini mereka sering meraih kemenangan dengan selisih hanya satu gol, namun sektor penyerangan Chelsea tetap berbahaya. Mereka mampu mencetak gol kemenangan meskipun tim lawan bermain sangat defensif. Jika para pemainnya terus konsisten dalam menjaga performa impresifnya, sangat mungkin Chelsea akan melaju kencang dan keluar sebagai kampiun liga Inggris.