Indahnya permainan sepakbola memang tidak hanya dilihat dari serunya sebuah pertandingan. Di luar itu semua, sepakbola lebih dari sekadar olahraga. Di setiap sisi sudut pandanganya, sepakbola adalah olahraga yang mengandung banyak luapan emosi. Salah satu dari banyaknya luapan emosi tersebut adalah melihat bagaimana Sang Legenda pergi meninggalkan klub yang sudah lama didedikasikan demi sebuah kejayaan.

Sejatinya, sebuah klub besar memang menciptakan banyak pemain hebat, namun bukan berarti pemai hebat itu punya jiwa yang menjelma menjadi sosok “legenda”. Terlebih lagi, loyalisme terhadap sebuah klub adalah salah satu pengujian untuk seorang pemain hebat, dan hal tersebut membuktikan, bahwa seorang pemain bakal menjadi sosok Legenda atau hanya sekadar pemain berlabel talenta.

Musim 2016/2017 bisa dibilang adalah The End of an Era untuk sebagian pemain legenda. Bagaimana tidak? Dari John Terry yang tidak mendapatkan perpanjangan kontrak dari pihak Chelsea, sampai Francesco Totti yang memutuskan pensiun dari AS Roma di akhir musim ini, membuat publik penikmat sepakbola terbalut akan kesedihan karena kehilangan beberapa sosok legenda.

John Terry

Walau tidak menyatakan pensiun dari sepakbola, John Terry dipastikan meninggalkan Chelsea setelah pertandingan terakhir mereka pada final FA Cup pekan lalu (27/5). Sosok pemimpin The Blues yang disebut sebagai The Last Man Stand itu telah mengabdi selama 22 tahun.

Dari total 492 pertandingan di Premier League, ia sudah mencatatkan 41 gol dan menjadi yang terbaik di Inggris, sebagai bek dengan gol terbanyak. Rekor gol tersebut masih belum terpatahkan hingga saat ini.

Menjadi kapten di usia 21 tahun, Terry tumbuh menjadi sosok legenda dan pemimpin di Chelsea. Selama menjalani karier profesional sejak debutnya bersama tim senior pada 1998, walau sempat dipinjamkan ke Nottingham Forrest, Terry total telah mendapatkan 14 trofi mayor di Chelsea.

Rinciannya adalah, lima kali juara Piala FA, empat Liga Primer Inggris, tiga Piala Liga, satu Liga Champions, dan satu trofi Europa League. Prestasi yang luar biasa, tidak hanya di Chelsea, namun juga di Inggris. Pemain asal Inggris itu adalah pemain terakhir era kejayaan Abramovich yang ada dalam skuat Antonio Conte musim ini.

Frank Lampard

Tidak banyak gelandang yang masuk lima besar pencetak gol terbanyak sepanjang masa liga. Tapi, Frank Lampard tidak seperti gelandang lainnya. Legenda Chelsea itu telah mencetak 177 gol yang membuatnya jadi pencetak gol terbanyak keempat dalam sejarah Premier League.

Lampard adalah tokoh kunci bagi Chelsea yang kemudian memenangkan banyak penghargaan selama era Abramovich. Ia kemudian mencetak 211 gol untuk Chelsea dalam 648 penampilan saat memenangkan 3 gelar liga, 4 Piala FA, Liga Champions dan Liga Europa.

Secara keseluruhan, ia bermain di 913 pertandingan dengan mencetak 274 gol di level klub dan juga memiliki 106 caps untuk Inggris serta mencetak 26 gol. Lampard terakhir bermain untuk tim MLS, New York City FC. Namun, ia baru saja mengumumkan pengunduran dirinya pada Februari 2017 lalu.

Steven Gerrard

Seluruh karier Steven Gerrard adalah pengalaman yang sangat pahit. Ia memilih untuk tetap setia kepada klub masa kecilnya, Liverpool, dengan menolak tawaran dari Real Madrid, Chelsea, Inter Milan, dan Bayern Muenchen.

Ia memimpin Liverpool meraih prestasi terbesar di abad ke-21 saat pertandingan melawan AC Milan di final Liga Champions 2005. Namun, di tahun-tahun berikutnya, Gerrard memang cukup sulit bawa The Reds berprestasi lagi.

Gerrard bermain sebanyak 710 kali untuk Liverpool serta mencetak 186 gol. Ia menjadi kapten Liverpool dari 2003 sampai 2015 dan menjadi kapten Inggris antara 2010 sampai 2014.

Sosok asal Inggris tersebut pergi ke klub MLS, LA Galaxy pada tahun 2015 dan pensiun pada akhir musim 2016. Ia sekarang bekerja sebagai pelatih U-18 bersama Liverpool.

Dirk Kuyt

Banyak pemain Belanda yang terkenal karena bakat dan kemampuan teknisnya yang luar biasa. Namun, Dirk Kuyt tidak sesuai dengan hal ini. Karena sosok asal Belanda itu terkenal dengan kerja keras tak kenal lelahnya.

Meski tiba di Liverpool sebagai striker, ia terus bermain sebagai winger dan gelandang, tergantung dari mana timnya membutuhkannya. Selama musim 2008/2009 yang mengesankan Liverpool, Kuyt menikmati salah satu musim terbaiknya dengan mencetak 15 gol dan membentuk trio bersama Fernando Torres dan Steven Gerrard.

Ia meninggalkan Liverpool pada tahun 2012 untuk bermain untuk Fenerbahce dan langsung memenangkan Liga Turki pada 2013/2014. Ia kembali ke Feyenoord pada tahun 2015 pada usia 34 dan segera dinobatkan sebagai kapten klub.

Feyenoord mendapat tantangan pada musim ini karena membutuhkan kemenangan di pertandingan terakhir untuk mendapatkan gelar juara. Kapten Kuyt melangkah maju dan mencetak hattrick untuk memastikan kemenangan dan gelar pertama klub tersebut dalam 18 tahun. Dua hari kemuian, ia mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia sepakbola.

Kuyt telah memainkan 798 pertandingan pada level klub di Belanda, Inggris, dan Turki. Ia juga telah mencetak 295 gol di level klub. Selain itu Kuyt berhasil mengemas 104 caps timnas Belanda dengan  mencetak 24 gol.