Foto: newsweek.com

Bagian pertama baca di sini.

Hijrah ke Brasil

Mkhitaryan dan kakak perempuannya, Monica.
Mkhitaryan dan kakak perempuannya, Monica.

Ibu dan kakak perempuan Miki mendukung penuh karier Miki. Mereka pun mengizinkan Miki yang masih berusia 13 tahun untuk berlatih di Sao Paulo selama empat bulan.

“Itu adalah momen paling menarik dalam hidupku karena aku adalah anak pemalu dari Armenia yang tak bisa bicara bahasa Portugis. Tapi aku tak peduli karena buatku, aku akan pergi ke surganya sepakbola,” tulis Miki.

Di Brasil, Miki sekamar dengan dua pemain Armenia dan seorang pemain Brasil. Tubuhnya kurus dan rambutnya hitam.

“Dia menyapa kami dan bilang, ‘Bom dia! Meu nome e Hernanes.’ Saat itu, dia cuma orang asing, tapi dia adalah Hernanes, orang yang sekarang main di Juventus!”

Miki tinggal di area berlatih. Ia makan, berlatih, dan bersenang-senang di sana. Namun, mereka tak punya Play Station. Yang ada hanyalah televisi yang siarannya berbahasa Portugis.

Pada pekan-pekan pertama, Miki merasa amat berat karena ia tak bisa berkomunikasi dengan pemain Brasil lainnya.

“Mereka hanya berkata sesuatu dan tersenyum padaku, lalu menepuk punggungnku. Orang-orang Brasil amatlah menakjubkan. Anda tak bisa menjabarkannya. Anda mesti merasakan kehangatan saat Anda bersama mereka untuk bisa mengerti,” kata Miki.

Miki merasakan perbedaan kultur di Brasil terutama soal latihan. Contohnya, ia berlatih selama 45 menit dan istirahat 15 menit. Saat istirahat, ia makan buah dan jus, lalu kembali berlatih 45 menit kemudian.

“Mereka berlatih seperti itu adalah pertandingan betulan. Di Armenia, kami lebih berlatih ke fisik ketimbang teknik. Di Brasil, kami berlatih lebih teknis, selalu dengan bola,” jelas Miki.

Saat kembali ke Armenia, Miki mulai merasa berbeda. Meski tubuhnya masih kurus dan lemah, ia merasa punya teknik dan kemampuan. Ia merasa begitu bebas di atas lapangan dan merasa dirinya seperti Ronaldinho-nya Armenia.

Setengah Brasil

Foto: foxsports.com
Foto: foxsports.com

Miki memutuskan untuk pindah dari Metalurg Donetsk dengan pindah ke Shaktar. Banyak yang bilang kalau Miki tak akan tampil baik karena ada 12 pemain Brasil di Shaktar.

“Aku tak bilang apapun, hanya menertawai diriku sendiri. Dalam pikiranku, aku berpikir, kalau aku setengah Brasil. Segalanya berjalan baik. Aku mencetak rekor gol di Liga Primer Ukraina pada 2013 dan aku merasa cukup senang untuk menutup mulut mereka yang bilang aku tak akan bisa hanya karena aku seorang Armenia,” jelas Miki.

Miki pun menyebut bahwa kepindahannya ke Jerman dengan memperkuat Borussia Dortmund adalah sebuah keberuntungan. Pasalnya, tak lama berselang konflik terjadi di Donetsk. Lalu, stadion Shaktar ditinggalkan akibat dari konflik tersebut.

Pindah ke Jerman berarti menghadirkan suasana baru bagi Miki, mulai dari bahasa sampai budaya. Miki merasa bahwa pada awalnya semua berjalan baik-baik saja, tetapi pada musim kedua semua berjalan buruk, bukan cuma buat dirinya tapi juga tim secara keseluruhan.

Hal ini membuat Miki merasa stres. Apalagi dia didatangkan dengan nilai transfer tinggi yang memberikannya tekanan yang lebih besar. Ia menjalani malam yang sulit di Dortmund. Ia bahkan tak keluar hotel bahkan untuk makan malam sekalipun. Lantas, harapan baru itu bernama Thomas Tuchel.

“Dia bilang, ‘Dengar, aku ingin mendapatkan segalanya dari kamu.’ Aku awalnya cuma senyum dan tertawa, karena aku pikir dia hanya ingin membuatku lebih baik. Tapi dia melihatku dengan serius lalu bilang, ‘Micki, kamu akan menjadi seseorang yang hebat.”

Pada musim ketiga di Dortmund, Miki merasa dirinya bermain dengan gila dengan gaya bermain super menyerang, dan mereka begitu menikmati setiap menitnya di atas lapangan.

“Pada dasarnya kami bermain dengan dua bek, tiga gelandang, dan lima penyerang, dan kami sukses. Kalaupun kami kalah, kami tetap merasa senang,” tulis Miki.

Spekulasi Bernama Manchester United

foto: sportshaze.com
foto: sportshaze.com

Menjelang musim panas, agen Miki menelepon dan menyatakan bahwa Manchester United tertarik kepadanya. Hal itu jelas mengejutkan Miki. Ia pun tak percaya lalu bertanya, “Ini betulan? Atau cuma spekulasi?”

“Saat mimpi Anda kian dekat dengan kenyataan, itu tak terasa seperti sungguhan pada awalnya,” tutur Miki.

Beberapa hari kemudian, ketertarikan Manchester United dikonfirmasi saat ia mendapatkan telepon dari Ed Woodward. Dia bilang bahwa United tertarik pada Miki.

“Bisa Anda bayangkan betapa tertariknya aku atas kemungkinan itu!”

Sebelum yakin untuk pindah, Miki berpikir ulang. Soalnya, kalau pergi, ia akan meninggalkan Dortmund yang tengah dalam kondisi yang baik. Di sisi lain, ia pun ingin meraih kesuksesan di Manchester United. Pada akhirnya kesepakatan itu terjadi dan itu adalah momen yang tak akan bisa dilupakan oleh Miki.

“Di awal musim, aku menderita cedera dan tak punya banyak kesempatan untuk bermain. Akan menjadi adil untuk mengatakan bahwa awal dari hidupku di Manchester tidak sempurna. Namun ada banyak masa di mana aku bisa kembali dan aku tak akan pernah menyerah. Aku akan terus bekerja setiap hari dan membawa kesuksesan,” jelas Miki.

“Saat Anda berjalan di atas rumput Old Trafford, itu bukan sekadar lapangan, itu adalah panggung. Kalau ayahku menyaksikan aku di panggung itu, aku pikir dia akan amat bangga. Aku adalah orang yang ingin mengejarnya dan aku pikir meskipun dia tidak di sini, dia telah membantuku sehingga bisa mencapai titik ini.”

Miki mengatakan bahwa dirinya tak pernah menyaksikan dirinya sendiri di televisi. Ia membencinya karena yang ia temukan hanyalah kesalahan. Ia pun membandingkan dirinya dengan ayahnya di mana Miki bermain lebih teknikal. Meskipun demikian, banyak orang di Armenia kalai Miki terlihat sama seperti ayahnya ketika berlari.

“Aku tak tahu karena aku tak pernah menyaksikan diriku sendiri, tapi itu amat mungkin. Aku pertama bermimpi berlari dengan bebas di atas lapangan dengan menyaksikan rekaman video ayah setelah dirinya pergi,” tutup Miki.