Sir Alex Ferguson selalu berujar bahwa malam luar biasa yang terjadi di Moskow pada 2008 di luar perkiraanya. Manajer legendaris Manchester United tersebut selalu merasa bahwa kesuksesan meraih gelar Liga Champions di Nou Camp menjelang milenium baru adalah pencapaian terbaiknya di Eropa, sesuatu yang sulit diulang kembali. Tetapi ia kemudian melakukannya kembali sembilan tahun kemudian di tanah Rusia.

Banyak yang berujar bahwa kesuksesan United meraih gelar Eropa untuk kedua kalinya tidak terlepas dari kehebatan seorang Cristiano Ronaldo. Hal ini wajar saja, karena sang megabintang bahkan mencetak banyak gol, termasuk satu gol sundulan yang luar biasa di partai final. Tetapi sebenarnya trofi ketiga United di kancah Eropa merupakan sumbangsih besar dari seseorang yang selalu membantu Sir Alex di balik layar selama empat tahun sebelumnya. Sosok tersebut adalah asisten manajer kala itu, Carlos Queiroz.

Queiroz di Old Trafford : Elegi Bagi Pencerahan

Harus diakui jika pria bernama lengkap Carlos Manuel Brito Queiroz Leal ini merupakan tangan kanan favorit bagi seorang Sir Alex. Dalam buku otobiografi sang manajer saja, nama Queiroz paling banyak disebutkan. Kesamaan latar belakang bisa jadi yang membuat keduanya dekat. Baik Sir Alex maupun Queiroz bukan pemain dengan rentetan karier hebat ketika masih aktif bermain, tetapi mereka punya rekam jejak bagus di dunia manajerial.

Posisi asisten manajer ketika era Sir Alex merupakan sesuatu yang prestisius. Beberapa nama kemudian hengkang dan bahkan terkenal sebagai manajer. Di antara nama-nama tersebut tentu yang paling tersohor adalah Steve McClaren yang bahkan di kemudian hari menjadi manajer Timnas Inggris. Sementara yang paling lama menjabat adalah Brian Kidd, yang kini menjadi staf kepelatihan Jose Guardiola di Manchester City. Kidd menjadi tangan kanan Sir Alex selama tujuh tahun dari 1991 hingga 1998. Tetapi dari semua daftar tersebut tidak ada yang sesukses Queiroz yang bahkan disebut oleh Sir Alex sebagai satu-satunya orang yang pantas menjadi manajer United tanpa pernah benar-benar mengemban jabatan tersebut.

Pertemuan pertama keduanya selalu menjadi memori yang diingat. Sir Alex bahkan langsung berpikir mengontraknya begitu pertama kali mereka bertemu. Querioz disebut sangat cerdas dan brilian ketika pertama kali mereka berbicara. Terlebih Sir Alex menyebut pertemuan pertama mereka unik karena Queiroz berdandan lebih rapi ketimbang dirinya.

Kedatangan Queiroz pada awalnya sempat menimbulkan banyak keraguan. Bagaimana bisa Sir Alex menunjuk seseorang yang tidak terlalu terkenal sebagai tangan kanannya? Terlebih lagi, Queiroz juga bukan berasal dari bagian dalam tradisi United (pemain, pelatih, atau petinggi). Tapi ia langsung membungkam seluruh kritik dengan mencuri gelar Liga Primer Inggris dari Arsenal, yang bahkan membuatnya diangkut oleh Real Madrid setelah musim pertamanya di Old Trafford; Meskipun akhirnya pria kelahiran Mozambique ini kembali ke Inggris setelah waktu sulitnya di Spanyol.

Queiroz punya pengalaman banyak menangani tim usia muda dan mengembangkan bakat-bakat potensial. Jasa paling besar dari Queiroz terhadap bidang ini adalah Q-Reports, sebuah cetak biru perkembangan bakat usia muda yang ia buat untuk sepakbola Amerika Serikat pada 1998. Visi dari cetak biru ini adalah peningkatan sepakbola Amerika Serikat di kancah global pada 2010 dan sesudahnya. Dan seperti yang kita tahu bahwa sepakbola Negeri Paman Sam tersebut mulai meningkat dari tahun ke tahun. Belum lagi ia memiliki jaringan internasional yang sangat baik yang membuat Queiroz bisa mendatangkan banyak bakat-bakat sepakbola besar dari belahan dunia lain.

Hal tersebut membuat United kemudian kembali berfokus kepada rencana jangka panjang tim seperti yang Sir Alex lakukan untuk Class of 92. Terlebih lagi, Queiroz punya segudang koneksi internasional yang membuat United bisa mendatangkan banyak bakat potensial dari belahan dunia lain.

Mantan pelatih Portugal usia muda ini juga menjadi salah satu sosok yang meyakinkan Sir Alex untuk melepas beberapa pemain yang “usang” dan sudah agak kesulitan beradaptasi dengan rencana jangka panjang klub.  Phil Neville dan Nicky Butt adalah salah satu dari sekian “korban” dari rencana jangka panjang antara Sir Alex dan Queiroz. Tetapi yang paling fenomenal tentu adalah bagaimana keduanya “menyingkirkan” Roy Keane dan Ruud van Nistelrooy yang bahkan kejadiannya hampir mirip dengan sebuah sinetron televisi.

Hasil dari rencana jangka panjang ini adalah Liga Champions kedua untuk Sir Alex. Dan apabila berbicara produk, tentu nama yang muncul adalah seorang Cristiano Ronaldo. Selain itu Nani, Anderson, Tom Cleverley, Danny Welbeck, dan Jesse Lingard, juga salah satu dari sekian banyak hasil dari produk rencana jangka panjang ini. Tetapi sejauh ini Ronaldo adalah produk yang terbaik.

Queiroz membantu Sir Alex untuk mengembangkan bakat berharga bernama Cristiano Ronaldo. Pemuda ringkih yang dianggap hanya bisa berlari itu kemudian pergi dari Old Trafford dengan keadaan fisik yang kuat dan kemampuan teknis yang luar biasa.

Jasa besar Queiroz terhadap Ronaldo yang paling besar adalah soal kemampuan teknis. Queiroz didapuk sebagai salah satu pencetus dari lahirnya posisi inverted winger yang hasilnya ada dalam diri Cristiano Ronaldo. Selepas Piala Dunia 2006 di Jerman, Queiroz menyarankan Sir Alex untuk menggunakan Ronaldo di sisi lain. Ronaldo yang biasanya bermain di sayap kanan kemudian dimainkan di area kiri. Sebuah eksperimen yang awalnya diperuntukan memberikan dimensi permainan baru bagi tim ini ternyata berakhir luar biasa.

Di posisi anyar tersebut Ronaldo berubah menjadi pemain yang lebih hebat lagi. Terutama dalam urusan mencetak gol. Pada musim perdananya di posisi baru, ia langsung mencetak 17 gol. Padahal musim sebelumnya ia hanya mampu sembilan kali menyarangkan bola ke gawang lawan. Gelar pemain terbaik dunia pada 2008 merupakan buah dari perubahan besar ini. Apalagi kala itu Ronaldo merupakan pemain di posisi sayap pertama yang meraih gelar tersebut.

Awalnya diragukan, kemudian sempat berkonflik dan sistemnya kurang diterima oleh beberapa pemain. Masa kerja Queiroz di Old Trafford memang menggambarkan sebuah elegi dari pencerahan. Jalan terjal selalu ada bagi siapapun yang ingin membuat perubahan. Namun hasil hebat akan menanti di ujung jalan. Seperti Queiroz yang kemudian memberikan gelar Liga Champions ketiga untuk United dan membuat United menjadi superior di Liga Primer Inggris di paruh akhir karier Sir Alex.

Kini Queiroz lebih banyak melatih kesebelasan negara. Sejak lima tahun lalu ia menjadi pelatih kepala Iran. Di negara Timur Tengah tersebut Queiroz pun melakukan banyak perubahan. Bukan hanya mengembangkan bakat-bakat muda negara tersebut, tetapi juga menjadi sosok yang meyakinkan federasi untuk memanggil para pemain berdarah campuran seperti misalnya Askhan Dejagah dan Reza Goochannejad. Hasilnya terbaiknya sejauh ini adalah Iran lolos ke Piala Dunia 2014 dan lolos ke babak perempat final Piala Asia selama dua edisi beruntun.

Jadi, siapa yang tak kenal Queiroz?