“Selama saya tetap mencetak gol, pada akhirnya komentator akan belajar untuk itu (mengeja nama akhirnya),” ujar Ole Gunnar Solskjaer ketika ditanya tentang komentator yang selalu salah mengucapkan nama akhirnya. Dan ternyata komentator benar-benar bisa mengeja namanya. Bahkan ia identik dengan ucapan ikonik komentator, “And Solskjaer has won it!”.

Memang benar, pemain yang berulang tahun ke-44 hari ini tak jarang mencetak gol kemenangan untuk Manchester United. Sebenenarnya bukan karena Solskjaer memilki mental luar biasa yang membuat ia lebih semangat bermain di menit akhir dan sukses mencetak gol, tapi memang pada menit-menit akhirlah ia bermain. Solskjaer dapat dikatakan sebagai super sub terbaik yang pernah dimiliki United.

Striker asal Norwegia ini mencatatkan 366 penampilan dan 126 gol selama 11 tahun masa baktinya untuk United. Dari 126 gol itu, 33 di antarnya hadir pada 15 menit terakhir pertandingan. Masuk sebagai pemain pengganti, Solksjaer memang menakutkan, ia mencetak 28 gol sebagai pemain pengganti di mana itu adalah catatan terbaik pemain United.

Meski tak menjadi pemain utama, keberadaannya di United tak dapat disepelekan. Ia bisa membuat tim lawan tak hanya harus mencari cara untuk melawan pemain utama United, tapi juga harus memikirkan bagaimana jika Solskjaer masuk, bagaimana caranya agar Solskjaer tidak mencetak gol di menit akhir. Penyelesaian akhirnya tidak dapat dipandang sebelah mata. “Dia adalah finisher luar biasa, salah satu yang terbaik yang saya tahu. Kami memiliki beberada finisher bagus, tapi Ole sangat bagus,” ujar Sir Alex Ferguson.

Label super-sub yang ada pada dirinya bukanlah masalah bagi pengoleksi 67 penampilan dan 23 gol bagi timnas Norwegia ini. “Saya tidak masalah (dengan label super-sub). ini semua memberikan pengaruh bagi lawan, karena sudah menjadi mitos bahwa saya akan menciptakan gol setiap kali masuk. Saya lebih memilih menjalani peran ini dan memberikan pengaruh besar daripada bermain 200 pertandingan dan biasa-biasa saja,” ujar Solskjaer.

Solskjaer memulai perjalanannya sebagai pesepakbola di kota kecil bernama Kristiansund. Di kota itu, tak banyak pemandu bakat yang tertarik untuk mencari bakat muda. Solskjaer juga tidak lahir dari keluarga pesepakbola, ayahnya adalah seorang pegulat. Bahkan Solskjaer sendiri pernah berlatih gulat selama dua tahun namun karena saat latihan ia harus dibanting dan membuat kepalanya pusing, ia akhirnya meninggalkan olahraga gulat.

Klub pertama yang ia bela adalah Clausenegen, klub lokal di Kristiansund dari tahun 1990. Ia menghabiskan empat tahun dengan rataan gol lebih dari satu per pertandingan sebelum bergabung bersama Molde FK, klub Liga Norwegia.

Ia langsung nyetel dan kembali menorehkan catatan luar biasa. Solskjaer berhasil menyarangkan bola ke gawang lawan sebanyak 31 kali dari 38 pertandingan. Di akhir musim, namanya mulai beredar dan klub-klub di liga top Eropa mulai membidiknya. Manchester City, Everton, Hamburg, dan Manchester United, tertarik untuk mendatangkannya. Namun risikonya cukup besar melihat Solskjaer hanya bermain di Liga Norwegia.

Di kubu United, Ferguson sedang mengincar Alan Shearer yang bersinar bersama Blackburn Rovers saat itu. Tapi United gagal mendapatkan striker legendaris asal Inggris itu usai Shearer memutuskan untuk bergabung dengan Newcastle United sebagai pemain termahal dunia dengan nilai transfer 15 juta paun.

Kegagalan itu membuat Ferguson beralih fokus untuk mendapat juru gedor tambahan. Solskjaer memang sudah masuk ke dalam radarnya, ditambah dengan dua gol indah Solskjaer ke gawang Azerbaijan kala memperkuat timnas Norwegia, membuat pemandu bakat United merekomendasikan Solkjaer kepada Ferguson.

“Lee Kershaw, kepala pemandu bakat kami menonton dia (Solskjaer), dan kabar terkhirnya ada dari Jim Ryan (pemandu bakat United). Jimmy melihat ia mencetak dua gol lalu ia pulang dengan pesan ‘Beli dia saja, Anda tidak boleh melewatkan orang seperti ini’. Lalu akhirnya kami membelinya,” ujar Ferguson.

Solskjaer ditebus dengan harga 1,5 juta paun pada musim panas 1996. Ia di plot menjadi pelapis nama tenar Eric Cantona dan Andy Cole, dua striker yang berhasil mengantarkan United meraih gelar liga pada musim sebelumnya. Setelah bergabung dengan United, Solskjaer tidak langsung menembus tim utama. Pemain yang kala itu berusia 23 tahun hanya dimasukan ke skuat pemain reserve.

Namun kondisinya berubah setelah ia mencetak dua gol di pertandingan pertama bersama tim reserve. Cederanya Andy Cole juga memaksa Ferguson memasukan Solskjaer ke skuat utama. Solksjaer tidak menyia-nyiakan peluang itu. Ia hanya perlu enam menit untuk mencetak gol ke gawang Blackburn yang mana adalah debutnya bersama United. Solskjaer terus melaju kencang dengan mencetak lima gol dari enam pertandingan pertamanya.

Musim pertamanya bersama United ia lalui dengan luar biasa. Total 19 gol berhasil ia ciptakan di mana sebagian besar dicetak ketika masuk sebagai pemain pengganti. Solskjaer memang tak mampu menembus tim utama United selama karirnya. Tapi ia berhasil membuktikan bahwa ia memang tak perlu waktu banyak untuk mencetak gol.

Kedarangan nama-nama tenar lainnya seperi Dwight Yorke, Teddy Sheringham, Ruud Van Nistelrooy, hingga Juan Sebastian Veron tak membuat ia gentar. Solskjaer tetap mampu mencetak gol ketika dipercaya masuk di babak kedua.

Solskjaer mengakhiri karirnya pada tahun 2007. Kala itu, ia berusia 34 tahun. Solskjaer menerima guard of honour di pertandingan terakhirnya dan mendapat tepuk tangan meriah dari 75 ribu fans yang hadir di Old Trafford.

Meski statusnya sebagai legenda United atau bukan masih sering diperdebatkan, namun Solskjaer memiliki kontribusi besar bagi kesuksesan United. Ia berhasil meraih 13 gelar bersama United di mana enam diantaranya adalah Liga Primer dan satu diantaranya adalah Liga Champions. Namanya juga tidak sesilau Sir Bobby Charlton, Roy Keane, Ryan Giggs, atau Wayne Rooney.

Tak sedikit yang mengatakan bahwa legenda seharusnya bermain banyak dan tentu saja bermain di tim utama. Solskjaer tidak seperti itu. Pemain yang dijuluki ‘baby faced assassin’ ini adalah seorang super-sub, yang bisa membantu timnya saat kesulitan memenangkan pertandingan. Kontribusinya tidak dapat dibantahkan. Dan sepertinya lebih bijaksana jika penilaian seorang pemain sebagai legenda adalah melihat kontribusinya, bukan yang lain.