Jelang pertandingan North West Derby antara Manchester United menghadapi Liverpool pada Senin (17/10) mendatang, Premier League  menunjuk Anthony Taylor sebagai pengadil dalam laga tersebut. Namun, terjadi perdebatan karena Taylor lahir di Wythenshawe, yang berjarak 10 kilometer dari Old Trafford. Hal ini menimbulkan dugaan akan adanya kecenderungan Taylor memberikan keuntungan bagi Manchester United.

Hal serupa juga pernah terjadi pada 2013 di mana Liverpool kalah 1-2 atas Manchester City. Kala itu, wasit yang ditunjuk adalah Lee Mason yang berasal dari Bolton, yang masih merupakan bagian dari Greater Manchester.  Hal ini membuat pelatih Liverpool kala itu, Brendan Rodgers, melancarkan protes.

“Aku tidak mempertanyakan integritas wasit. Ini lebih kepada pertanyaan logis dengan mendapatkan wasit dari bagian tertentu di dunia untuk memimpin pertandingan di Manchester. Semoga, kami tak lagi menggunakan wasit asal Greater Manchester yang memimpin pertandingan Liverpool-Manchester di masa depan,” kata Rodgers kala itu.

Namun, komentar Rodgers tersebut justru membuatnya didenda delapan ribu paun. Bisa jadi denda tersebut tak lepas karena Rodgers mengomentari soal wasit, yang haram dibicarakan dalam wawancara usai pertandingan.

April tahun ini, Mantan Kepala Professional Game Match Officials Limited (PGMOL), Keith Hackett, menyatakan bahwa di awal setiap musim, latar belakang setiap wasit ditelaah oleh mereka. Para wasit mesti mengisi lembar yang salah satunya berisi kesebelasan yang mereka dukung, sampai data tentang tempat tinggal mereka.

“Hal tersebut bisa memberikan Anda gambaran saat memilih wasit. Ini lebih kepada meyakinkan, sebagai contoh, Anda tak akan menunjuk wasit asal Sheffield untuk memimpin laga Sheffield,” kata Keith.

Perubahan wasit yang memimpin bukannya tidak mungkin dilakukan. Sebagai contoh, pada musim lalu, wasit Kevin Friend dijadwalkan memimpin pertandingan Stoke menghadapi Tottenham Hotspur. Namun, ia diganti setelah adanya tuntutan di media sosial karena Kevin adalah penggemar Leicester, sementara kala itu, Spurs tengah bersaing dengan The Fox di puncak klasemen.

Saat ini, tuntutan di media sosial pun kembali terjadi. Saat akun Premier League memosting lampiran wasit yang akan memimpin, pertanyaan pun berhamburan.

 

Taylor diketahui sebagai fans Altrincham. Namun, keluarganya disebut-sebut sebagai pendukung Manchester United. Hingga saat ini, Taylor sudah memimpin tujuh pertandingan Premier League dengan mengeluarkan 23 kartu kuning.

Komentar unik justru keluar dari laman komentar Facebook ESPNFC, menurut akun Ogah Otsemuno Elvis, yang merupakan penggemar United, ia setuju kalau wasit segera diganti. Alasannya adalah wasit yang dianggap sebagai penggemar United, justru sering menguntungkan lawan sebagai upaya agar ia tak dituduh penggemar United.

“Dia akan menolak penalti United, dia pun akan menahan kartu (untuk lawan) meskipun semestinya ia mengeluarkannya,” tulis akun tersebut.

Soal dukung mendukung sebenarnya hal tersebut menjadi tidak lagi relevan. Pasalnya, untuk mencapai level Premier League diperlukan usaha yang ekstra dengan kesalahan yang minim. Apabila seorang wasit terlihat menguntungkan satu kesebelasan, hal ini pasti akan menjadi perhatian semua orang. Hal terburuknya? PGMOL bisa saja menurunkan pangkatnya menjadi wasit Football League, atau bahkan tak lagi diberikan kesempatan untuk memimpin.

Sebelum perdebatan ini, argumen di paragraf di atas masih bisa teruji. Namun, setelah perdebatan ini mengemuka, memang sudah saatnya diganti. Pasalnya, berita dan tudingan kalau Taylor mendukung United akan membuatnya tidak fokus untuk memimpin dan bisa saja merugikan United.

Sementara itu, dalam kolomnya di Dailymail, wasit senior Inggris, Graham Poll membela Taylor. Graham menyatakan bahwa Taylor adalah anggota wasit yang bisa dipercaya dan ia adalah wasit yang paling senior.

“Penunjukkannya sebagai wasit pada Senin malam antara Liverpool dan Manchester United di Premier League, mestinya tidak membuat orang-orang menaikkan alis, meski faktanya ia tinggal dan bekerja di area Manchester,” tulis Poll.

Poll menjabarkan bahwa Taylor telah tiga kali memimpin pertandingan United musim lalu sementara Liverpool dipimpin selama empat kali. Musim ini, Taylor bahkan telah memimpin pertandingan United kala menang 2-0 atas Southampton.

“Wasit bisa memimpin kesebelasan yang tidak mereka dukung, dan kenapa tidak?” tulis Poll.

PGMOL sendiri menyatakan bahwa di masa depan, penunjukkan wasit tidak akan lagi didasarkan pada dua hal: tempat tinggal dan kesebelasan yang mereka dukung, melainkan hanya pada kesebelasan yang mereka dukung. Artinya, wasit asal Manchester tetap bisa memimpin pertandingan kesebelasan Manchester selama ia adalah pendukung Chelsea, misalnya.

Ini membuat Mark Clattenburg kini bisa memimpin pertandingan Sunderland karena ia adalah pendukung Newcastle, sementara Mike Dean bisa memimpin pertandingan Everton dan Liverpool meski tinggal di Merseyside karena ia adalah pendukung Tranmere.

“Wasit kami adalah seorang profesional dan punya kredibilitas yang besar untuk memimpin pertandingan apapun tanpa memihak, sesuatu yang negara lain tak bisa katakan. Mereka akan tetap membuat kesalahan, seperti yang kita semua lakukan di kehidupan profesional,” tutup Graham.

Lantas, mengapa mesti takut kalau yang memimpin pertandingan United menghadapi Liverpool adalah seorang yang tinggal di Greater Manchester? Ini sama saja menjustifikasi bahwa semua wasit yang tinggal di Liverpool adalah pendukung Liverpool. Apa kabar Everton?

Kalau masih meragukan integritas wasit Premier League, Anda pasti sama sekali belum membaca artikel tentang Premier League yang merupakan puncak karier bagi para wasit terbaik Inggris.