Manajer Manchester United, Jose Mourinho adalah salah satu manajer terbaik di Eropa bahkan dunia saat ini. Pencapaian prestisius itu tentu tak didapat dengan mudah oleh pria asal Portugal tersebut. Salah satu kemampuan yang harus dibangun olehnya untuk posisi tersebut adalah kreativitas dalam meramu taktik.

Kemampuan inilah yang kembali ditunjukkan oleh Mourinho dalam laga final Europa League pada bulan Mei lalu, ketika berhadapan dengan Ajax Amsterdam. Dilansir dari Independent, Mou menyatakan ada tiga strategi kunci untuk memenangkan pertandingan tersebut.

Pertama adalah analisis video forensik, tiga gelandang segitiga, dan instruksi spesifik untuk Chris Smalling. Mou menuturkan, dengan tiga strategi tersebut, ia dapat mengetahui dalam waktu 10 menit saja, bahwa United akan menjuarai Europa League malam itu.

“Kita sudah mengunci permainan mereka di kantong ini,” tutur Mou.

Ucapan pria asal Portugal tersebut disampaikan kepada asistennya Rui Faria, setelah pertandingan baru berjalan 10 menit saja.

Momen tersebut menunjukkan ketenangan dan rasa percaya diri yang tinggi dari Mourinho. Padahal seperti kita tahu pada pertandingan tersebut, beban berat seharusnya ada di pundak Mourinho. Yaitu United finis di peringkat keenam meski menjadi favorit juara Premier League di awal musim. Apalagi United menjadi salah satu tim dengan pengeluaran terbanyak musim  ini.

Sehingga United sangat menggantungkan nasibnya pada pertandingan tersebut. Di mana dengan masuk kembali ke Champions League, Moui dan United dapat mempertahankan status mereka sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Penjelasan Taktik di Universitas Lisbon

Pemaparan mengenai taktik Mou malam itu, disampaikannya saat melakukan seminar di Universitas Lisbon pada minggu lalu. Seminar tersebut disampaikannya kepada para mahasiswa pascasarjana.

Taktik pertama adalah Mourinho memastikan tiap penggawa United menonton video berdurasi 5 menit berisi calon lawan mereka. Tentunya masing-masing berfokus pada pemain di posisi yang sama.

“Tujuannya tentu untuk memberikan saran secara langsung,”kata Mou.

Mourinho memang terkenal akan perhatiannya terhadap hasil analisis terhadap tim lawan. Ia akan mempelajarinya dengan sangat detil, misal untuk pertandingan ini, Mou menonton delapan kali video mengenai Ajax.

“Ketika di Inggris saya hanya melihat 1 atau 2 kali saja, karena sudah tahu lawannya seperti apa. Tapi berbeda jika bertanding di kompetisi Eropa.”

“Bagi saya, analisis terhadap lawan itu sangat penting. Karena saya akan bertanding lawan dia dan saya meramu agenda latihan menyesuaikan dengan analisis tersebut,” turut Mou.

Presentase penguasaan bola pada laga tersebut dimenangkan oleh Ajax dengan 69 persen. Hal ini memang dibiarkan oleh Mourinho, lantaran dirinya sengaja membiarkan lawan bermain-main dari lini belakang mereka saja. Namun ia menginginkan minimnya penguasaan bola oleh gelandang muda Ajax, Matthijs de Ligt. Karena pemain tersebut lebih handal secara teknik dibandingkan Davinson Sanchez.

Instruksi Khusus untuk Chris Smalling

Kemudian seperti dijelaskan sebelumnya, ada instruksi spesifik untuk Chris Smalling pada malam itu. Yaitu untuk memberikan umpan panjang kepada Marouane Fellaini.

“Dengan pemain yang kita punya, kita tak akan bermain bola pendek,” jelas Mou.

Taktik tersebut diterapkan Mou untuk menghentikan permainan lawan dari lini tengah. Lagipula Mou sepertinya tak terlalu percaya diri terhadap kemampuan beknya untuk memegang bola.

“Saat itulah momen dimana saya pikir kami telah memenangkan laga. Tahap awal pertandingan, kami tak bermain dari lini tengah. Karena Ajax terlalu berbahaya jika mendapatkan bola tinggi dari kami.”

“Mereka (Ajax) tak berhasil mendapatkan satu bola pun dengan taktik tersebut. Jika bolanya tidak ada, bagaimana mereka bisa melakukan pressing?” terang Mou.

Taktik Gelandang Berbentuk Segitiga 

Paul Pogba dan Ander Herrera pada malam itu mendapatkan tugas yang tidak biasa. Mereka tidak diharapkan oleh Mou untuk membantu serangan United seperti pada biasanya. Justru tugas bertahan lebih diutamakan malam itu.

Pola lini tengah berbentuk segitiga digunakan Mou untuk mencegah gelandang-gelandang Ajax bisa berkreasi. Memaksa mereka untuk bermain bola atas, yang mana Mou tahu timnya lebih kuat untuk urusan duel udara.

Mourinho secara spesifik berbicara kepada kedua gelandang bertahan tersebut untuk melupakan kreatifitas malam itu. Lalu berfokus dengan mempertahankan kedisiplinan setiap saat.

“Mereka hanya bisa meninggalkan posisinya di situasi-situasi genting saja. Di laga final tensinya itu berbeda dan terlepas pengalaman yang pemain miliki, mereka akan berpikir minim. Jadi penting ada seseorang yang berpikir untuk mereka, sehingga mereka merasa lebih lepas,” kata Mourinho.

Kenyamanan menjadi suasana yang ingin dibangun oleh Mourinho bagi pemainnya malam itu. Selain itu Mou juga menekankan lebih baik untuk mengetahui apa kelemahan kita dan bagaimana cara menanggulanginya.

“Kita bisa menyiapkan pertandingan lebih baik ketika tahu apa saja kelemahan yang kita miliki. Pertandingan itu mungkin tidak menjadi yang paling dikenang atau paling seru. Tapi yang jelas nama United akan terus terpampang di trofi tersebut.”

“Semua orang bisa mengatakan bahwa Ajax bermain lebih indah dan penting sekali permainan cantik dalam pertandingan. Tapi bagi saya, lebih indah ketika saya tidak memberikan apa yang lawan inginkan,” tutup Mourinho dengan lugas.

Sumber : Independent