Seorang gelandang biasanya tidak semenonjol pemain sayap. Padahal tugasnya dalam skema permainan amatlah vital. Dalam tulisan ini kami akan membahas soal memahami pentingnya Nemanja Matic.

Berbeda dengan posisi penjaga gawang, pelatih biasanya tak menempatkan opini pribadinya dalam memilih seorang gelandang. Pelatih bisa memilih gelandang mana saja untuk mengisi pos lini tengah. Gelandang memang penting, tapi banyak pemain yang bisa “bekerja” di pos tersebut sama baiknya. Untuk memahami pentingnya Nemanja Matic, Anda bisa membaca tulisan berikut.

Di pos gelandang juga terdapat sejumlah peran, mulai dari box-to-boxholding midfielder, sampai deep lying midfielder. Terkadang pelatih memberikan peran yang tidak tepat buat seorang gelandang yang membuat potensi terbaiknya tidak keluar. Sebagai contoh, menugaskan Ander Herrera atau Marouane Fellaini sebagai gelandang perusak. Keduanya memang bisa memerankan lakon tersebut, tapi kemampuan alami mereka tidak akan keluar sepenuhnya.

Dalam skema Jose Mourinho, gelandang perusak tidaklah diperlukan. Namun, mesti ada gelandang bertahan yang mampu membaca serangan lawan tetapi juga bisa mendistribusikan bola. Mou punya Claude Makelele, Michael Essien, dan John Obi Mikel, di Chelsea. Di Inter Milan, ia punya Patrick Vieira yang tak tergantikan dan Xabi Alonso di Real Madrid.

Gelandang bertahan yang diinginkan Mou tidak perlu andal melakukan tekel, tapi mampu membaca ruang. Aspek yang bisa dilihat adalah seberapa banyak ia melakukan potongan umpan atau intercept. Hal ini menjadi penting untuk membangun skema permainan yang diinginkan oleh Mourinho.

Peran Nemanja Matic dalam skema Jose Mourinho

Di era keduanya bersama Chelsea, Mou mendatangkan Matic di bursa transfer musim dingin. Perannya belum terlihat pada musim 2013/2014. Namun, saat Cesc Fabregas memutuskan bergabung semusim kemudian, lini tengah Chelsea terasa begitu sempurna. Duet dua pemain ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa Chelsea juara pada musim 2014/2015

Pada dasarnya, Matic merupakan pemain yang sesuai dengan spesifikasi gelandang bertahan yang dibutuhkan Mourinho. Ia mampu melakukan intercept dan secara cepat bisa melakukan transisi dari bertahan ke menyerang. Ini merupakan poin penting yang agaknya tidak didapatkan Mou dari seorang Michael Carrick.

Di era sebelumnya, Carrick memang kerap ditempatkan sebagai pemain terakhir sebelum lawan menghadapi bek United. Kehadiran Carrick juga amat terasa. Ia memberikan keseimbangan di lini tengah Manchester United. Namun, kelebihan Carrick itu juga bisa menjadi kelemahan untuk skema Jose Mourinho: lambat.

Mou ingin United bermain dengan transisi yang cepat. Saat serangan lawan berhasil dipatahkan, bola mesti langsung diarahkan ke depan. Sisanya, tergantung kreativitas para penyerang apakah bisa menjadi gol atau tidak. Ini pula yang membuat nama Diego Costa melambung padahal ia pada awalnya bukan berposisi sebagai penyerang tengah, melainkan penyerang sayap kiri.

Di era kedua bersama Chelsea, Mou menggunakan formasi 4-2-3-1. Dalam formasi ini, peran poros ganda (double pivot) amat penting. Pasalnya, mereka yang menjadi mesin utama permainan. Mereka harus menciptakan stabilitas di lini tengah, untuk kemudian melakukan serangan.

Di Chelsea, Matic berfungsi sebagai gelandang bertahan. Ia berfungsi sebagai penetralisir pertama serangan lawan. Sementara itu Cesc Fabregas mendapatkan peran sebagai gelandang kreatif. Saat bola berhasil direbut atau dipatahkan Matic, saat itulah fungsi Fabregas mulai terlihat. Ia yang mengirimkan umpan ataupun mengkreasikan serangan sendirian.

Saat melakukan serangan pun, kedua gelandang ini punya banyak opsi. Saat bola dipegang poros ganda, salah satu fullback bisa naik membantu serangan. Ia tidak perlu khawatir karena kalaupun bola direbut lawan, sistem pertahanan akan tetap menjadi empat bek karena dua bek tengah bergeser dan gelandang bertahan ikut mundur.

Fabregas dan Paul Pogba

Di musim pertamanya bersama Manchester United, Paul Pogba dianggap belum menunjukkan potensi terbaiknya. Padahal, ada sejumlah faktor yang mendasari hal tersebut, termasuk perbedaan posisi serta peran Pogba di Manchester United dengan di Juventus.

Di Juve, dengan formasi 3-5-2, posisi Pogba sebenarnya agak aneh. Ia merupakan bagian dari tiga gelandang tengah bersama dengan Andrea Pirlo dan Claudio Marchisio. Namun, posisi Pogba yang dominan di sisi kiri, lebih maju ketimbang Marchisio. Kalau disebut gelandang serang pun agaknya bukan, karena ia malah lebih dekat dengan wingback kiri.

Banyak yang menyebut kalau Pogba diberikan kebebasan seluas-luasnya di lini tengah Juventus. Ini yang membuat posisi bermainnya terbilang aneh. Namun, hal tersebut justru yang membuat Pogba bisa bebas berkreativitas karena cuma itu tanggung jawabnya.

Di Manchester United, Pogba justru sering dimainkan sebagai bagian dari poros ganda dalam skema 4-2-3-1 ataupun 4-4-2. Sialnya, salah satu tugas poros ganda adalah ikut bertahan karena ia yang membentuk stabilitas di lini tengah. Beban ini yang agaknya membuat potensi Pogba tidak keluar sepenuhnya, apalagi tipe gelandang yang kerap diturunkan Mourinho tidak bisa membuat Pogba lepas dari kecemasan saat menyerang.

Kehadiran Matic sebenarnya membebaskan kecemasan itu. Matic adalah gelandang yang bisa diandalkan saat menahan gempuran lawan. Ini membuat Pogba bisa dengan tenang memulai serangan tanpa perlu khawatir tugasnya untuk bertahan. Pogba bisa diberikan kreativitas lebih dan ruang untuk memberikan asis atau langsung mencetak gol. Apalagi Pogba merupakan pemain dengan kemampuan menyerang yang lebih tinggi.

Kolumnis The Telegraph, JJ Bull, menulis apabila Pogba, Carrick, dan Herrera, dimainkan secara bersamaan, skemanya seperti ini: Carrick sebagai pengontrol tempo yang memulai serangan dari bawah. Herrera bergerak ke sana kemari untuk memenangi bola dan mencari ruang. Sementara itu, Pogba berusaha memberikan opsi penyerangan. “Herrera itu worker, Carrick itu influencer, dan Pogba adalah creator,” tulis Bull.

Berdasarkan Bull pada musim 2014/2015 Matic mencatatkan 72 intercept, 129 tekel, berlari sejauh 407 kilometer, dengan memberikan tiga asis dan 24 peluang di Premier League. Kehadiran Matic pun membuat Fabregas bermain lebih agresif dengan mencatatkan 18 asis; hal yang sama yang bisa ditunjukkan Pogba musim depan.

Memahami Pentingnya Peran Nemanja Matic

Menurut Bull, Matic adalah versi lebih komplet dari Herrera dan Carrick di pos gelandang bertahan. Matic lebih mobile dari Carrick dan lebih kuat dari Herrera.

Matic bisa menjadi pengganti jangka panjang Carrick yang bisa jadi musim ini merupakan musim terakhirnya di Manchester United. Dengan fisik yang lebih kokoh, Matic akan memberikan warna baru di Manchester United sebagai gelandang bertahan.

Penampilan Herrera sendiri tak bisa dibilang buruk. Namun, yang jelas kekuatan utamanya bukanlah sebagai gelandang bertahan. Ia memang mampu mencuri bola, tapi kemampuan utamanya adalah mengkreasikan peluang di lini depan.

Kehadiran Herrera akan memberikan keuntungan buat United. Ia bisa menjadi pilihan bagi Mourinho kalau mesti menurunkan lebih banyak gelandang dalam menghadapi lawan yang dianggap lebih kuat. Namun, dalam kondisi normal, duet Matic-Pogba akan memberikan Mou keuntungan karena ia membebaskan satu posisi gelandang tengah untuk didistribusikan ke pos yang lain.

***

Yang mesti dipahami, kehadiran Matic bukanlah untuk menyingkirkan siapapun. Musim ini, United akan menghadapi musim yang panjang karena berlaga di Liga Champions, seperti halnya musim lalu di Europa League. Dengan banyak pemain hebat, Mou punya banyak opsi untuk menjalani musim.