foto: dailymail.co.uk

Pemain berkepala pelontos asal Argentina ini memang hanya dua musim berseragam Manchester United pada awal abad ke-21, namun kariernya di luar Inggris tidak dapat dipandang sebelah mata. Juan Sebastian Veron adalah salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki timnas Argentina.

Veron lahir di kota La Plata, tepat 42 tahun lalu. Momen kelahirannya saja memang sudah berhubungan dengan sepakbola. Namun tidak dalam konteks yang baik. Ayahnya tidak dapat mendampingi ibunya melakukan persalinan karena harus melakoni laga derby antara Estudiantes melawan Gimnasia. Ya, ayahnya yang bernama Juan Ramon Veron itu adalah pesepakbola yang menjadi idaman publik Estudiantes.

Sejak kecil Veron memang terlihat memiliki masa depan yang bagus dalam sepakbola. Didaftarkan ke akademi Estudiantes, Veron menandatangani kontrak pertamanya pada tahun 1993 ketika ia masih berada di skuat U-23. Satu tahun berselang, ia promosi ke tim utama dan langsung mengunci satu tempat di skuat Estudianters.

Tampil gemilang di musim perdana, Veron langsung diminati beberapa klub. Boca Juniors, raksasa Argentina datang dengan tawaran 2,2 juta euro dan akhirnya Veron hijrah ke Buenos Aires pada Februari 1996. Hanya sekitar enam bulan membela Boca, Veron diminati Sampdoria yang kala itu diarsiteki oleh Sven-Goran Eriksson. Akhirnya ia pindah ke Italia pada pertengahan tahun dengan mahar yang dirahasiakan. Di Italia, Veron kembali meneruskan tradisinya yang hanya sebentar membela sebuah klub. Dua musim membela Sampdoria, Veron pindah ke klub Italia lainnya, Parma.

Berjaya di Italia

Di level timnas, Veron berhasil menembus skuat utama dan bermain di Piala Dunia 1998 di Prancis. Meski kalah pada babak delapan besar melawan Belanda, Veron berhasil menorehkan prestasi individu. Veron menjadi pencetak asis terbanyak pada gelaran empat tahunan itu dengan total tiga asis.

Bersama Parma, Veron berhasil merajai lini tengah dan mempersembahkan dua trofi pada musim pertamanya. Parma berhasil meraih Copa Italia dan UEFA Cup. Veron kembali pindah setelah hanya semusim membela klubnya. Kali ini giliran Lazio yang memakai jasanya. Lazio mengeluarkan dana cukup besar yaitu 30 juta euro untuk membeli pemain pada 1999. Veron juga menjadi pemain dengan gaji termahal di Lazio.

Bersama Lazio, Veron menikmati puncak karirnya. Ia berhasil mendulang trofi UEFA Super Cup usai menaklukan Manchester United yang musim sebelumnya berhasil melakukan comeback dramatis di final Liga Champions. Pada pertandingan yang dimenangi Lazio degan skor 1-0 itu Veron keluar sebagai man of the match.

Prestasi di musim keduanya kian mentereng. Lazio sukses meraih Serie A dan Coppa Italia. Secara individu, Veron berhsail masuk ke dalam European Sport Media Team of the Year 1999/2000, bersanding dengan pemain-pemain top Eropa lainnya seperti Luis Figo, Rivaldo, Paolo Maldini, dan Raul Gonzales.

Pada 2000, Veron terkena masalah yang cukup mencoreng namanya. Veron dicurigai kepolisian Italia karena diduga membuat paspor palsu untuk menghindari statusnya sebagai pemain non Uni-Eropa. Manchester United memanfaatkan situasi ini dan akhirnya Veron mendarat di Old Trafford dengan banderol 28,1 paun yang membuatnya sebagai pemain termahal Liga Inggris saat itu.

Berkarir di Inggris ternyata tak semudah yang ia perkirakan. Veron semula merasa tertantang dan tidak takut dengan liga terbaik di dunia. Sir Alex Ferguson pun sebenarnya percaya Veron akan menjadi pembeda di tubuh United. Meski mencatat 40 penampilan, performanya di atas lapangan tidak seapik kala berseragam Lazio. United tak mampu meraih gelar pada musim tersebut.

Diganggu Cedera

Musim selanjutnya, ia sering berkutat dengan cedera yang hampir merenggut harapannya untuk kembali tampil di Piala Dunia. Memperkuat Argentina dibawah kepelatihan Marcelo Biesla, Veron dkk., gagal membawa Tim Tango lolos babak grup setelah hanya menempati urutan ketiga dibawah Swedia dan Inggris. Veron sontak dicemooh publik Argentina yang berharap banyak kepadanya. Tak hanya itu, media Inggris yang memang terkenal kejam juga mengkritik Veron.

Dua musim berseragam United, Veron kembali hijrah, kali ini giliran Chelsea yang merasakan jasanya.  Cedera kembali menghambat karirnya di Stamford Bridge. Total Veron hanya tampil sebanyak 14 kali. Claudio Ranieri yang tak dapat berbuat banyak akhirnya dipecat dan digantikan oleh Jose Mourinho. Tak masuk dalam rencana Mourinho, Veron dipinjamkan ke Inter Milan pada musim 2004/2005.

Dua musim dalam masa pinjamannya, Veron sukses meraih beberapa gelar diantaranya Coppa Italia pada kedua musim, Supercopa Italiana 2005, dan Serie A 2005/2006. Performanya memang kembali cemerlang sejak kembali ke Italia. Ia mengungkapkan bahwa ia memang kesulitan jika terus berlari ala Liga Inggris, Veron lebih menyukai sepakbola yang lebih taktikal seperti di Italia.

Pada musim 2006/2007, Veron meninggalkan Inter dan kembali ke klub pertamanya, Estudiantes. Veron berhasil menorehkan prestasi gemilang bersama Estudiantes. Ia sukses membawa Estudiantes menjuarai Arpertura untuk pertama kalinya sejak 23 tahun terakhir.

Tahun 2009, Veron kembali berhasil meraih trofi setelah sukses membawa Estudiantes menjuarai Copa Libertadores di mana ayahnya juga dulu pernah meraih trofi serupa. Namun ia gagal untuk menyamai catatan ayahya yang berhasil mengangkat trofi Piala Dunia Antarklub setelah kalah dari Barcelona. Musim selanutnya Veron kembali membawa Estudiantes keluar sebagai kampiun Arpertura.

Tujuh tahun berseragam Estudiantes, Veron akhirnya memutuskan untuk pensiun. Veron mengucapkan terima kasih atas segala dukungan penonton pada akhir musim 2013/2014 itu. Total ia mencatatkan 276 pertandingan dengan raihan 33 gol.

Selamat ulang tahun, La Bruja!