Kuatnya tembok pertahanan Chelsea musim ini berkontribusi besar bagi rentetan hasil positif yang didapat. Hanya kebobolan dua gol dari 11 pertandingan terakhir adalah catatan fantastis. Apalagi, musim ini Chelsea tidak bisa dibilang memakai skema “parkir bis” yang beberapa tahun lalu sering diterapkan. Chelsea tidak bermain secara defensif, tapi secara pertahanan, mereka tetap kuat.

Sebenarnya, secara statistik pertahanan The Blues tidak begitu mencolok. Hingga pekan ke-17, catatan 26,7 tekel per pertandingan mereka hanya menempayi urutan ke-13, kalah jauh dari Middlesbrough dengan catatan 34,5 tekel per pertandingan. Torehan intersep pun serupa. Chelsea menempati urutan yang sama dengan 14,2 intersep per laga. West Ham ada di urutan teratas dengan 19,2 intersep per laga. Catatan sapuan mereka juga tidak lebih baik. Chelsea ada di urutan ke-17 dengan 22,9 sapuan per laga. Lagi-lagi mereka kalah jauh dengan tim yang berada di urutan teratas, Burnley, dengan 33,6 sapuan per laga.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa Chelsea adalah kesebelasan dengan pertahanan yang sangat kuat di Liga Primer. Catatan sembilan cleansheet dari 11 laga adalah buktinya. Dua gol yang bersarang ke gawang Thibaut Courtois pun lahir dari Tottenham Hotspur dan Manchester City. Chelsea hampir tak pernah lengah dalam menghadapi serangan tim lawan.

Chelsea bermain dengan tiga bek tengah, Cesar Azpilicueta dan Gary Cahill di sisi kanan dan kiri serta David Luiz di tengah. Conte mempercayakan dua posisi gelandang kepada pemain yang lebih mengandalkan fisik daripada teknik dan mumpuni dalam membantu pertahanan, N’golo Kante dan Nemanja Matic. Inilah yang membuat Cesc Fabregas dipinggirkan. Posisi lain yang sangat berkontribusi dalam pertahanan merkea tentunya adalah kedua wingback, Victor Moses dan Marcos Alonso.

Meski secara kasat mata mereka bermain dengan tiga bek, namun saat bertahan mereka justru seperti bermain dengan lima bek. Formasi di lapangan berubah menjadi 5-4-1. Dengan dua wingback mereka turun hingga sejajar dengan bek tengah dan dua wide forward pun turun hingga sejajar dengan gelandang tengah. Ini membuat mereka kerap menang jumlah pemain saat diserang dari sisi manapun.

Dalam kondisi normal, bukan serangan balik dan set piece, saat lawan sedang menguasai bola Chelsea memang akan sulit ditembus. Sistem yang diterapkan membuat mereka memiliki pertahanan berlapis. Dari sisi tengah, terdapat Kante dan Matic yang bermain sangat baik dalam membantu pertahanan. Jika berhasil ditembus pun tim lawan harus menghadapi Azpilicueta, Luiz, dan Cahill. Dalam skema 4-2-3-1 sebelumnya, tembok pertahan di sisi tengah berkurang satu karena dua gelandang hanya dilapisi dengan dua bek tengah. Satu gelandang serang mereka tidak akan berkontribusi banyak dalam pertahanan karena mentalitasnya memang lebih menyerang.

Jika ingin menyerang dari sisi sayap, tim lawan harus berhadapan dengan salah satu dari Moses dan Alonso yang cukup disiplin dalam menjaga sektor sayap. Mereka akan dibantu dengan salah satu gelandang tengah serta salah satu bek tengah. Apalagi jika wide forward mereka ikut turun membantu pertahanan.

Saat bermain dengan 4-2-3-1, bek tengah yang melapisi bek sayap akan meninggalkan hanya satu bek lagi. Berbeda dengan 3-4-3, misalnya ketika Azpilicueta mengcover Moses, masih ada Luiz dan Cahill di posisi bek tengah yang bertugas untuk menjaga striker lawan. Lagi, pertahanan mereka lebih berlapis.

Kebobolan Karena Kesalahan Bek

Beberapa tim tidak mencoba untuk menembus tembok berlapis Chelsea, mereka justru mencoba “meloncati” tembok itu. Pep Guardiola adalah salah satunya. Ia mencoba meloncati ppertahanan berlapis Chelsea dengan menyuruh anak asuhnya untuk melepas umpan silang meskipun dari posisi yang cukup dalam. Total 37 umpan silang dilepaskan The Citizens dengan Kevin de Bruyne sebagai pemain terbanyak (16 umpan sillang). Meski kalah, gempuran dari sisi sayap itu menghasilkan gol, tapi perlu diingat, gol tersebut tercipta karena kesalahan Cahill, bukan karena pemain mereka berhasil menyambut dan mengubahnya menjadi gol. Chelsea sangat rapi dalam mengantisipasi umlan silang City, total hanya enam yang sampai ke pemain City dari 37 umpan silang itu.

Cara lain untuk “meloncati”-nya adalah dengan melepaskan umpan jauh dari daerah pertahanan sendiri. Harapannya, tembok pertahanan Chelsea belum turun sehingga penyerang yang menerima umpan jauh itu tidak terlalu kalah jumlah setidaknya. Cara ini sempat dicoba Mauricio Pochettino. Tottenham tercatat melepaskan 66 umpan jauh dengan 32 di antaranya tepat sasaran, tapi hanya dua yang mampu diteruskan dengan tembakan. Artinya, ketika bek tengah Chelsea tetap mampu menjaga pertahanan ketika tidak banyak yang membantu sekalipun.

Gol Cristian Eriksen pun bukan lahir dari umpan jauh, melainkan dari tembakan jarak jauh terukur yang ia lepaskan dari luar kotak penalti. Gol tersebut bermula dari Moussa Dembele yang sukses menembus tembok pertama Chelsea, Matic dan Kante. Mengetahui dua gelandang itu ada dibelakangnya, Dele Alli yang menerima umpan Dembele langsung menggiring bola kedepan. Harry Kane pun bergerak dan membuat Azpilicueta mengawalnya dan tidak melakukan pressing terhadap Alli. Gelandang asal Inggris itu mengirim bola ke Eriksen, hanya sepersekian detik sebelum Luiz menekelnya. Luiz yang jatuh pun tidak bisa membantu Cahill menutup ruang tembak Eriksen. Keterlambatan Cahill dalam menutup ruang tembak Eriksen membuat Eriksen tak pikir panjang untuk melepaskan tendangan keras yang tak dapat dibendung Courtois.

Dembele menemukan Alli yang berdiri bebas dan berada dibelakang Matic serta Kante
Dembele menemukan Alli yang berdiri bebas dan berada dibelakang Matic serta Kante
Tanpa berlama-lama, Alli langsung menggiring bola. Kane mulai bergerak.
Tanpa berlama-lama, Alli langsung menggiring bola. Kane mulai bergerak.
as
Azpilicueta fokus menjaga Kane. Tekel kurang pas Luiz membuat Alli sukses mengirim bola ke Eriksen
Cahill terlambat menutup. Eriksen memilki ruang untuk menembak.
Cahill terlambat menutup. Eriksen memilki ruang untuk menembak.

Itu adalah satu-satunya cara yang dapat dikatakan sah dalam mencetak gol ke gawang Chelsea, jika dibandingkan dengan gol City. Azpilicueta dan Moses terlihat tidak melakukan pressing terhadap Alli karena biasanya itu adalah tugas gelandang mereka. Namun, karena Kante dan Matic berhasil dilewati, Alli pun tidak terkawal. Azpilicueta lebih fokus menjaga Kane, sementara Moses memang terlihat kebingungan.

Cara lain yang dapat menjadi opsi yaitu serangan balik. Menyerang pada kondisk dua gelandang mereka berada di posisi yang cukup tinggi, begitupun dengan wingback mereka yang belum turun. Peluang emas De Bruyne adalah contohnya. City langsung menyerang ketika Fabregas, Kante, bahkan Luiz berhasil dilewati. Ruang kosong ini dimanfaatkan Jesus Navas untuk mengirim umpan silang, tapi sayangnya de Bruyne gagal mengubahnya menjadi gol.

City juga terlihat beberapa kali melakukan serangan cepat saat tembok pertahanan Chelsea belum terbentuk dengan baik. Masih ada beberapa pemain yang belum berada di posisinya. Ditambah dengan absennya Matic sehingga Conte terpaksa memakai Fabregas yang kurang kontributif dalam pertahanan. Ini dapat menjadi salah satu cara untuk mengobrak-abrik pertahanan The Blues.

Tapi biasanya, saat lawan sukses merebut bola dan terlihat akan melakukan serangan balik, Matic serta Kante langsung melakukan pressing dan berusaha merebut bola sedini mungkin untuk mencegah terjadinya serangan balik. Melewati dua pemain dengan work rate yang luar biasa seperti itu bukan perkara mudah. Chelsea menempati urutan terbaik soal statistik dribbled past (keberhasilan lawan mendribel melewati pemain).

Kuncinya ada pada momentum. Tim lawan harus bisa menciptakan dan memanfaatkan momen saat pertahanan Chelsea belum terorganisir dengan baik. Yaitu ketika dua gelandang dan dua wingback mereka masih ada di posisi yang cukup tinggi sehingga tim lawan hanya menghadapi tiga bek tengah. Menarik dinanti bagaimana cara pelatih-pelatih lain di Liga Primer dalam menjebol pertahanan Chelsea.

 

Artikel ini merupakan bagian dari serial menanjaknya performa Chelsea. Tulisan lainnya bisa Anda baca di sini.

  1. Awalan Sulit Antonio Conte
  2. Kerja Keras dan Orientasi pada Hasil Akhir
  3. Melimpahnya Variasi Taktik