Antonio Conte memang lihai dalam segi taktik. Ia memiliki banyak variasi yang bisa ia terapkan kapan saja karena ia benar-benar mendalami taktik. Kemampuan ini ia dapat saat menjalani studi di Coverciano. Variasi taktik yang banyak itu dapat menjadi keunggulan yang bisa membedakan Chelsea dari tim lainnya.

Sebenarnya, skema 3-4-3 yang menghasilkan 11 kemenangan beruntun itu awalnya hanya menjadi taktik keempat yang ia rencanakan. Conte tidak memaksakan menerapkan skema tiga bek dari awal musim karena merasa pemain Chelsea masih harus berlatih agar fasih dalam menjalankan skema tersebut.

“Dalam pikiran saya, saya ingin bermain dengan 4-2-4. Saya ingin memulai musim dengan formasi ini karena kami memiliki pemain sayap yang kuat dalam duel satu lawan satu dan saya suka memainkan dua penyerang bersamaan, namun saya mengubahnya. Kemudian berganti menjadi 4-3-3, dan kami juga memainkan formasi seperti musim lalu, 4-2-3-1.”

Tapi ternyata formasi tersebut belum memberi hasil yang Conte inginkan. Chelsea sempat ditahan imbang Swansea dan kalah dari Liverpool. Kondisi ini semakin mendorong Conte untuk menerapkan 3-4-3 andalannya. Saat menghadapi Arsenal di Emirates, Conte mencoba skema 3-4-3 miliknya itu, tapi tidak dari menit pertama, melainkan dari menit ke-55 setelah Chelsea kebobolan tiga gol di babak pertama. Pertahanan Chelsea memang sedikit membaik. Sebelum mengganti formasi, Arsenal sukses melepaskan 10 tembakan. Sementara itu, setelah memakai 3-4-3, Arsenal hanya bisa membuat empat percobaan dengan dua diantaranya dari luar kotak penalti.

“Saya kemudian melihat bahwa beberapa aspek berjalan tidak seimbang. Ketika Anda kebobolan lebih banyak gol ketimbang lawan, padahal Anda membuat lebih banyak peluang, maka itu bukanlah hal yang bagus. Oleh karena itu, kami berganti ke sistem baru, 3-4-3,” tutur Conte.

Setelah melawan The Gunners, Chelsea menghadapi Hull City dan Conte memainkan 3-4-3 sejak menit pertama, Hasilnya The Blues sukses memetik kemenangan 2-0. Formasi ini pun terus dipakai hingga menghasilkan rentetan kemenangan yang luar biasa.

Skema tesebut memungkinkan Chelsea bertahan dan menyerang dengan sangat kuat. Saat bertahan, kedua wingback yang diisi oleh Victor Moses dan Marcos Alonso akan mundur dan sejajar dengan tiga bek tengah. Sementara dua wide forward yang diisi oleh Eden Hazard dan Pedro (atau Willian) juga akan turun dan sejajar dengan dua gelandang. Ini membuat Chelsea bermain seperti 5-4-1 saat bertahan. Sementara itu, saat menyerang, mereka seperti bermain dengan 3-2-5. Moses dan Alonso naik cukup tinggi dan berada dalam posisi sangat melebar, kondisi ini memungkinkan Hazard dan Pedro untuk bergerak bebas mencari ruang.

Di sini, belum akan dibahas mengenai detail taktik 3-4-3 Chelsea. Tapi lebih pada kemampuan Conte dalam mengubah taktik, membuatnya menjadi lebih efektif yang berujung pada kemenangan. Hal ini sudah terjadi berulang kali sepanjang musim.

Efektivitas Taktik

hazard-penalty-dailystar

Pada pertandingan pertamanya bersama Chelsea, Conte sudah melakukan hal tersebut. Kala menghadapi West Ham, The Blues turun dengan skema 4-1-4-1 dengan N’Golo Kante sebagai gelandang bertahan. Nemanja Matic dan Oscar ditempatkan di depannya.

Chelsea unggul terlebih dahulu lewat penalti Hazard pada menit ke-47 sebelum akhirnya disamakan oleh James Collins pada menit ke-75. Pada pertandingan ini, pertahanan West Ham memang cukup sulit dibongkar. Hingga menit ke-85, The Hammers sukses membuat 23 tekel sukses, 23 intercept, dan 20 sapuan. Conte memasukkan Michy Batshuayi pada menit ke-85 menggantikan Oscar. Artinya, Chelsea bermain dengan 4-2-4. Batshuayi diharapkan akan memecah pertahian bek West Ham agar Costa mendapat ruang lebih.

Pada menit ke-89, Matic melepaskan umpan jauh kepada Batshuayi. Pemain asal Belgia itu sukses memenangi duel udara melawan Winston Reid dan menyundul bola kepada Costa. Costa mendapatkan ruang dan dengan leluasa melepas tembakan dari luar kotak penalti yang gagal diselamatkan oleh Adrian. Chelsea pun menang 2-1 pada pertandingan di Stamford Bridge itu.

Selain mampu mengubah taktik di tengah pertandingan, Conte juga piawai dalam memanfaatkan kemampuan pemainnya dalam segi taktikal. Hazard tidak perlu susah payah membantu pertahanan karena sudah ada Alonso di sana, sehingga ia bisa bebas bergerak dan itulah yang dia inginkan. Posisi Pedro dan Hazard yang tak jauh dari Costa membuat striker Spanyol itu mendapat suplai yang baik, atau kebalikannya, Costa yang menyuplai kedua wide forward itu.

Membaca Kelemahan Lawan

diego-costa-vs-city-squawka

Ia juga lihai dalam melihat kelemahan lawan. Salah satu yang mencolok adalah saat kemenangan melawan Manchester City. Cederanya Matic saat itu membuat Cesc Fabregas tampil sejak menit pertama. Pada pertandingan itu, City memainkan skema 3-4-2-1 dengan Leroy Sane dan Jesus Navas sebagai wingback, Ikaay Gundogan dan Fernandinho sebagai gelandang tengah, serta David Silva dan Kevin De Bruyne di depannya sebagai dua pemain yang diberi kebebasan bergerak.

Keberadaan Silva dan De Bruyne di lini tengah membuat City seperti bermain dengan empat gelandang, yang ditujukan untuk mengungguli Chelsa dalam jumlah pemain di lini tengah. Kondisi ini membuat wide forward Chelsea, Hazard dan Pedro, jika bergerak lebih naik lagi mendekati tiga bek City, mereka hanya perlu melewati satu pemain untuk mencapai gawang karena gelandang City lebih fokus untuk mendominasi lini tengah dibanding membantu pertahanan. Sehingga Chelsea mengandalkan serangan balik pada pertandingan ini.

Gol pertama hadir ketika Fabregas mengirim umpan jauh kepada Costa. Striker Spanyol itu hanya perlu melewati satu bek City yaitu Nicholas Otamendi agar bisa menciptakan peluang. Dan ia berhasil melakukannya hingga berbuah gol. Gol kedua hadir melalui serangan balik cepat dengan Hazard yang menerima umpan Fabregas langsung mengirim bola kepada Costa.

Costa lagi-lagi mampu melewati Otamendi dan melepaskan umpan terukur kepada Willian yang hanya dijaga oleh Alexander Kolarov. Kolarov tidak mampu mengimbangi kecepatan Willian sehingga pemain asal Brazil itu mendapat situasi satu lawan satu dan ia tidak menyia-nyiaknnya.

Satu hal lagi yang menjadi kunci kesuksesan The Blues adalah mereka mampu memanfaatkan peluang sebaik mungkin. Chelsea sempat kesuitan saat menghadapi permainan bertahan yang diperagakan oleh West Brom, Sunderland, dan Crystal Palace. Saat menghadapi West Brom, Gareth McAuley melakukan blunder yang dapat dimaksimalkan oleh Costa. Sementara itu, gol Fabregas ke gawang Sunderland terjadi ketika bek mereka tidak siap menghadapi serangan karena kalah jumlah. Gol Costa ke gawang Crystal Palace juga terjadi ketika bek lawan sedikit lengah mengawalnya.

Di bawah asuhan Conte, Chelsea menjelma menjadi tim yang benar-benar dapat memenangkan pertandingan dengan berbagai cara. Karena Conte memang bisa melakukan itu.