Asisten pelatih kiper Sir Alex Ferguson, Tony Coton, hakul yakin bahwa ada satu prinsip keras yang ia kenang dari manajer legendaris United tersebut. Di mana menurutnya Sir Alex tidak ragu untuk mengorbankan pemain top miliknya, jika dirasa perlu untuk menjaga kontrol atas tim asuhannya.

Contoh atas prinsip tersebut menurut Coton bisa terlihat dalam kisah Sir Alex dengan salah satu kapten terbaik sepanjang masa United, Roy Keane. Di mana saat itu, Keane kedapatan menantang kepemimpinan dari Ferguson, pelatih yang membesarkan namanya di dunia sepakbola tersebut.

Kejadian tersebut dimulai pada tahun 2005 silam saat Keane memberikan kritikan terhadap para kompatriotnya di United kepada MUTV, setelah kalah 1-4 dari Middlesbrough.

“Bibit kemunduran Keane mulai tumbuh ketika dia menguji kekuatan hubungan Sir Alex dengan asisten pelatihnya saat itu, Carlos Querioz. Setelah satu musim dalam kekecewaan dan kekalahan di final FA Cup dari Arsenal,” kenang Coton.

Musim buruk tersebut membuat Sir Alex menginginkan latihan pramusim lebih awal di Portugal. Di mana kebijakan tersebut membuat hari libur para pemain dikurangi, namun para istri dan anak-anak pemain boleh diikutsertakan. Tetapi Keane tidak setuju dengan kebijakan ini.

“Ini adalah keputusan manajerial yang cerdas, namun tidak diapresiasi dengan baik oleh Roy (Keane). Saat itu dia dan keluarganya tengah berlibur dan ingin tetap tinggal di situ namun akan datang ke tempat latihan setiap pagi. Tapi itu tetap tak sejalan dengan tujuan dari latihan yang diinginkan oleh Sir Alex,” kata Coton.

Puncak dari ketidaksukaan Keane terhadap kebijakan tersebut dilakukannya dengan mengkritisi akomodasi yang diberikan oleh manajemen United. Padahal saat itu sebagai seorang kapten, Keane mendapat vila yang lebih besar dan fasilitas lebih lengkap.

“Namun Keane malah mengkritik kolam renang yang airnya terlalu dingin. Lalu ketika saat acara barbeque untuk keluarga, Keane komplain terhadap Sir Alex. Kemudian dijawab dengan ketus bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk komplain seperti itu,” cerita Coton.

Hubungan retak tersebut kembali berlanjut saat tur pramusim United berlanjut di Hongkong, China, dan Jepang, beberapa minggu setelah program latihan lebih awal tersebut.

“Beberapa minggu setelahnya, kapten kita (Keane) tidak terlihat. Penjelasan resmi saat itu adalah dia telah pergi untuk melatih kebugarannya, namun jelas sudah ada celah besar yang terbuka antara dia dengan Sir Alex.” jelas Coton.

Setelah musim 2005/2006 dimulai Keane melakukan pelanggaran keras terhadap gelandang sekaligus kapten Liverpool, Steven Gerrard. Aksi Keane tersebut bisa dibilang menjadi penutup karir Keane di United. Dimana dua bulan setelahnya, Keane yang dianggap sebagai salah satu pemain terbaik yang dimiliki United diperbolehkan untuk bergabung dengan Celtic FC.

Alasan “Ditendang” dari United Menurut Keane

Berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Coton, Keane tidak pernah sekalipun membicarakan mengenai insiden sewaktu pramusim tersebut. Dilansir dari The Sun, Keane mengatakan alasan satu-satunya ia disingkirkan dari United adalah karena ia minta banding terhadap denda 5 ribu paun yang ia terima waktu tahun 2005 silam.

Insiden tahun 2005 silam yang dimaksud oleh Keane adalah seperti yang dijelaskan di beberapa paragraf sebelumnya bahwa ia mengkritik keras para kompatriotnya di MUTV. Dikabarkan atas aksi Keane tersebut, Sir Alex tidak suka dan akhirnya mendenda Keane.

“Jika saya tidak banding, saya tidak akan meninggalkan United. Jangan mau untuk dicuci otaknya oleh propaganda dan kebohongan. Seharusnya kamu didenda karena telat untuk datang latihan. Apakah saya sudah kelewat batas?” tutur Keane.

Keane kemudian menjelaskan bahwa sepanjang karirnya di United, ia telah mendapat denda sekitar 500 ribu paun. Di mana menurutnya itu semua karena mendapat kartu merah dan ia selalu menghormati denda tersebut, kecuali untuk denda yang satu ini.

“Ironisnya ketika saya banding keputusan denda 5 ribu paun tersebut, itu adalah saatnya saya meninggalkan klub ini. Tetapi saya tak pernah menyesali keputusan saya, karena saya merasa apa yang saya lakukan itu adalah untuk kebaikan Manchester United,” tutup Keane.

Dalih bahwa untuk yang terbaik bagi United ternyata tidak bisa menyelamatkan karir Keane di United. Dikabarkan The Sun pada Agustus lalu, dalam sebuah artikel dikatakan bahwa setelah 12 tahun insiden kritik tersebut terjadi, Keane masih belum bisa memaafkan Sir Alex Ferguson.

Sumber : Daily Mail dan The Sun