Meski sudah banyak perubahan mulai dari bentuk bangunan, perubahan suasana, mobil-mobil supercepat, dan pemain dengan bayaran gaji miliaran, tapi ada satu ruangan yang tak pernah berubah dan tetap memperlihatkan nuansa khas Mancunian di Aon Training Complex. Ruangan itu adalah kantin.

Kantin di tempat latihan United itu memiliki 100 kursi berderet. Bangunannya terlihat amat sederhana. Hanya terdapat meja dan kursi yang terbuat dari kayu dan beberapa lampu gantung berukuran kecil. Ruangan ini sama sekali tidak menggambarkan gemerlapnya kehidupan para pemain Manchester United sekaligus menjadi saksi bisu berbagai kejadian unik yang dilakukan oleh para pemain Setan Merah.

Kantin yang pertama kali dibuka pada tahun 2000 ini telah melewati empat rezim kepemimpinan mulai dari Sir Alex Ferguson, David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho. Berbagai pergantian peraturan pun terjadi seiring dengan bergantinya pelatih kepala.

Fergie yang Tegas Tapi Usil

Cerita bermula pada era kepelatihan Sir Alex Ferguson, di mana ia prihatin pada kondisi para pemainnya yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang kurang sehat. Saat pertama kali menginjakkan kaki di Old Trafford, Sir Alex Ferguson sangat miris melihat kondisi fisik para pemain Manchester United saat itu, ditambah lagi beberapa pemain kunci seperti Norman Whiteside, Paul McGrath, dan Bryan Robson memiliki kebiasaan meminum minuman keras.

Kebiasaan buruk tersebut nyatanya juga berimbas terhadap performa pemain di lapangan. Sebut saja saat Ferguson mengawali debutnya bersama Manchester United. Saat itu Manchester United melawan Oxford United, klub yang sangat tidak diunggulkan saat melawan United, namun di akhir pertandingan Manchester United justru harus mengakui keunggulan 0-2 Oxford United.

Pada pertandingan berikutnya Manchester United juga ditahan imbang 0-0 oleh Norwich City. Untuk mengatasi hal tersebut, bukannya mengatur strategi lain tapi justru Alex Ferguson mencetuskan sebuah ide gila yang membuat beberapa orang terheran-heran.

Sir Alex Ferguson pun menggagas sebuah revolusi kantin, di mana pemain hanya diberi makan dua potong lemon, roti, dan madu. Inilah salah satu rahasia dibalik kesuksesan Sir Alex Ferguson selama menangani Manchester United.

Dilansir dari sify, Alex Ferguson mengatakan, “Yang saya berikan kepada mereka (pemain) ialah dua potong lemon, roti dan madu. Mereka (manajer) dulu gila. Saat saya masih menjadi seorang pemain, mereka memberimu fillet steak dan pie steak dan hal semacam itu.”

Menurut Ferguson makanan yang dikonsumsi saat dirinya menjadi seorang pemain seperti fillet steak dan pie steak bukanlah makanan yang tepat bagi seorang atlet sehingga saat dirinya menjadi manajer dia mengubah pola makan tersebut.

“Jadi saat saya menjadi seorang manajer saya berkata pada diri saya sendiri ‘apa yang mereka makan sebelum pertandingan merupakan hal yang penting untuk menentukan apa yang terjadi selama pertandingan’ saya melakukannya di Aberdeen dan tentunya saya melakukannya juga di United,” ujar Ferguson.

Di era Ferguson, semua pemain harus mengenakan bahasa yang sopan termasuk saat berada di dalam kantin. Salah satu contoh saat Rio Ferdinand pertama kali didatangkan dari Leeds tahun 2002, saat itu Ferdinand memesan makanan dengan logat Peckham (salah satu daerah di Inggris Tenggara), logat tersebut terdengar kasar sehingga Fergie langsung menegur dan meminta Ferdinand mulai membiasakan berbicara secara sopan.

Di balik ketegasannya ternyata Sir Alex Ferguson juga memiliki sifat usil. Salah satu cerita, yakni saat Sir Alex Ferguson mengunci ruangan gym dari luar padahal saat itu para pemain beserta staf masih berada di dalamnya. Begitu bel istirahat berbunyi para pemain beserta staf pun kebingungan. Mereka semua panik karena Ferguson menerapkan denda bagi siapapun yang telat datang ke kantin. Para pemain dan staf pun mencari jalan pintas lain dan mulai datang ke kantin satu-persatu dengan wajah tegang.

Pada masa kepemimpinan Ferguson, semua elemen klub mulai pemain seperti Cristiano Ronaldo hingga penjaga pintu gerbang dipersilahkan untuk berbaur menjadi satu saat jam makan sehingga terciptalah suasana kekeluargaan yang kental. Maka tak mengherankan, saat Alex Ferguson memutuskan pensiun tahun 2013 lalu banyak pihak yang merasa kehilangan khususnya staf kantin. Karena mereka telah bekerja selama 27 tahun bersama Alex Ferguson dan kepergian Alex Ferguson pasti membuat suasana kantin berbeda.

Era David Moyes dan Louis van Gaal

Cerita berbeda terjadi di bawah kepemimpinan David Moyes, dibawah kepemimpinannya. David Moyes menghapus menu camilan untuk para pemainnya lantaran dinilai tidak baik untuk diet para pemain.

Dilansir dari dailystar David Moyes mengatakan, “Ya, saya melarang camilan. Ini karena beberapa pemain kelebihan berat badan dan saya tidak berfikir bahwa camilan baik untuk dier mereka.”

Namun masa kepelatihan David Moyes di Old Trafford tidak bertahan lama. Prestasi klub yang tak kunjung membaik membuatnya dipecat dari Manchester United. Posisi pelatih pun digantikan sementara oleh Ryan Giggs sebelum akhirnya Manchester United menemukan pengganti David Moyes yakni Louis van Gaal.

Di era Louis van Gaal, aturan disiplin seperti yang diterapkan Alex Ferguson masih tetap dipertahankan. Bahkan Van Gaal akan menghukum para pemain sekalipun itu hanya terlambat satu menit. Namun bukan denda yang didapat jika datang terlambat melainkan porsi makanan mereka akan dikurangi sebagai hukuman bagi mereka yang melanggar aturan.

Hal yang berbeda juga terjadi pada saat pengambilan makanan. Aturan yang dibuat Van Gaal mencegah para pemain mengantre sebelum sang pelatih mengambil makanannya. Hal tersebut pun menimbulkan sedikit kekesalan di hati para pemain. Louis Saha pun memberikan pendapatnya. Dia mengatakan, “Saya pikir aturan itu tidak wajar. Mungkin itu cara agar ia dihormati para pemain, tapi masih banyak cara untuk mendapatkan rasa hormat. Peraturan ini kuno dan sebagai pemain saya tak suka diperlakukan sebagai seperti bayi”.

Dalam hal penataan kursi juga mengalami perubahan yang awalnya berbentuk segi empat diubah menjadi melingkar agar semua orang dapat berinteraksi. Ruangan antara pemain dan staf juga dipisah.

Namun suasana kantin seperti yang bersahabat di era Sir Alex Ferguson pun tak terlihat di masa kepemimpinan Van Gaal. Di era Van Gaal peraturan begitu ketat sehingga beberapa orang tidak merasa nyaman.

Beberapa orang dalam yang diwawancarai mengatakan, “Jangan salah paham. Orang masih suka tertawa, tapi tidak seperti dulu (era Alex Ferguson,” dilansir dari Dailymail.

Seperti halnya David Moyes, masa kepelatihan Louis van Gaal pun tak mampu bertahan lama. Hanya dua musim di Old Trafford, posisi Louis van Gaal segera digantikan oleh Jose Mourinho.

Tak banyak sumber yang menjelaskan suasana kantin di era Jose Mourinho namuan salah satu portal berita menyebut di era Jose Mourinho suasana ketegangan yang dialami semasa kepemimpinan Louis Van Gaal sedikit lebih mencair.

Di bawah kepemimpinan Mourinho aturan kembali berubah, ruangan yang di era Louis van Gaal diberi sekat untuk memisahkan pemain dan staf, kini sekat tersebut telah dihilangkan. Mourinho lebih suka semua orang dapat menikmati makan secara bersama-sama.

Dilansir dari Daily Mail, Mourinho mengatakan, “Ada sekat di dalam kantin yang bisa Anda tarik untuk memisahkan pemain dengan orang-orang yang bekerja di sana (staf). Saya pikir itu sudah ada sejak zaman Sir Alex tapi jarang digunakan sampai Van Gaal (menggunakannya) di sini.”

Louis akan menggunakannya jika dia melakukan pertemuan tim atau jika ada pertemuan dengan pemain di sini untuk mengahadapi laga tandang. Jose tidak menggunakan (sekat) ini, semua makan bersama.

Beberapa hal unik juga sering terjadi mulai dari era Alex Ferguson, di antaranya yaitu saat Wayne Rooney marah dan melemparkan makanannya. Saat itu Rooney meninggalkan telur orak-arik di mejanya. Lalu saat dia kembali telur tersebut sudah dilumuri oleh yoghurt dan lain sebagainya. Wayne Rooney pun langsung naik pitam dan melemparkan botol, roti, dan kue crumpet.

Dan juga cerita tentang Dimitar Berbatov yang selalu menyendiri saat berada di kantin. Ternyata Berbatov bukanlah orang yang pandai untuk bersosialisasi. Berbatov kerap memakan pastanya sendirian.

Pada 2011 lalu, tepatnya saat perayaan Natal. Di Manchester United setiap perayaan Natal selalu diadakan Pantomim di kantin dengan para pemain akademi yang memerankan para pemain utama di United.

Saat itu Wayne Rooney baru saja menjalani operasi transplantasi rambut. Hal ini pun menjadi bahan lelucon bagi rekan satu timnya. Saat itu seorang pemain akademi menggunakan kaos bernomor punggung 10 dengan mengenakan topeng shrek dan memakai wig hitam sebagai bentuk sindiran terhadap Wayne Rooney yang memiliki rambut baru.

Soal makanan favorit, Patrice Evra memiliki makanan favorit yaitu daging domba, dia sangat menggilai olahan daging domba bahkan salah satu staf mengibaratkan Evra seperti segerombolan rayap saat ada sajian daging domba di dalam menu. Evra dapat menghabiskan daging domba tersebut dalam hitungan detik.

Sumber: Dailymail, Metro, Dailystar, Sify.