Semua pasti ada waktunya. Mungkin itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan karir seorang pesepakbola. Sebagai pemain sepakbola memang tak selamanya dapat bersinar. Usia yang terus bertambah dan munculnya talenta-talenta muda lambat laun akan menggeser eksistensi mereka yang sudah menginjak usia tua.

Rata-rata performa pesepakbola akan meredup setelah menginjak usia di atas 30 tahun. Jika sudah begitu maka pemain sepakbola tidak dapat lagi mengharapkan pendapatan hanya dari dunia olah bola saja. Mereka harus pandai–pandai menata karir selepasnya mereka gantung sepatu.

Salah satu pemain yang memutuskan pensiun setelah usia 30 tahun adalah Park Ji Sung. Mantan gelandang Manchester United ini memutuskan pensiun pada usia 33 tahun akibat masalah cedera lutut yang memaksanya untuk gantung sepatu.

Park Ji Sung boleh saja sudah pensiun dari dunia sepakbola, namun etos kerja seperti saat dilapangan masih tetap terjaga hingga sekarang. Pemain yang sempat menjadi idola di Old Trafford ini, kini mulai menatap karir baru yaitu pada bidang manajemen olahraga.

Pada masa jayanya, pemain yang mengabdi selama tujuh tahun untuk Manchester United ini telah berhasil mengoleksi empat trofi Premier League, satu trofi Liga Champions, dan satu Piala Dunia Antarklub. Ji Sung meninggalkan United pada 2012 dan memutuskan gantung sepatu pada tahun 2014. Sejak saat itu Park Ji Sung memutuskan untuk kembali ke kampung halamanya di Korea Selatan dan memilih menjauh dari dunia sepakbola.

Jarang terdengar kabarnya, kini Park Ji Sung kembali muncul dengan kabar bahwa sesaat lagi dirinya akan menyelesaikan pendidikan manajemen, hukum, dan humaniora olahraga di De Monfort University di kota Leicester. Kampus yang dikelola oleh Swiss Centre International d’Etude du Sport ini memiliki tiga tingkatan.

Pada tingkat pertama mahasiswa akan kuliah di Leicester, pada tingkat selanjutnya mahasiswa akan menempuh pendidikan di kota Milan, dan pada tingkat terakhir akan dilakukan di University of Neuchatel, Swiss, di mana sekarang Park Ji Sung akan menyelesaikan tugas akhirnya.

“Setelah saya pensiun, saya memikirkan apa yang bisa saya lakukan. Saya ingin tetap berkecimpung di dunia sepakbola, tapi saya tidak ingin menjadi pelatih atau manajer, jadi pada bidang manajemen olahraga. Saya memutuskan untuk berada di bidang manajemen tapi kemudian saya berfikir apa yang akan saya lakukan, apa yang akan saya pelajari? Saya sadar bahwa saya perlu mempelajari apa saja yang terjadi di sekitar dunia olahraga atau sepakbola. Saya menikmati ini. Memang sulit untuk belajar lagi tapi saya belajar banyak hal pada kuliah ini,” kata Ji Sung.

Jalur karir yang dipilih Park Ji Sung ini mirip dengan pilihan karir mantan rekan setimnya Edwin Van Der Sar. Mantan kiper Manchester United tersebut kini memiliki jabatan sebagai CEO Ajax Amsterdam. Park Ji-Sung yang juga menjadi duta Manchester United sangat antusias untuk mengikuti jejak Van Der Sar. Namun hingga saat ini Park belum menanyakan peluangnya untuk bekerja di Old Trafford.

“Tidak, belum. Tapi sebenarnya saya ingin mendapatkan pengalaman lebih di Eropa karena masih soal sistem, kebijakan organisasi, Eropa yang terbaik. Saya ingin mendapatkan pengalaman lebih banyak lagi disini. Suatu saat kemungkinan saya akan kembali ke negara saya atau Asia untuk menggunakan kemampuan saya dan mencoba mengembangkan sepakbola di wilayah Asia. Tapi setelah kuliah ini, saya ingin tinggal di Eropa untuk mempelajari lebih banyak hal disini, untuk meningkatkan (kemampuan) diri saya sendiri, untuk mengembangkan diri saya sendiri di masa depan,” kata Park Ji Sung.

Sebelum menyelesaikan masa studinya di Swiss, Park sempat mengikuti laga amal antara Manchester United Legends vs Barcelona legends. Setelah pertandingan Park memberikan komentar, “Camp Nou merupakan stadion besar dan ini akan terasa baik berada disana dan bermain melawan Barcelona mengenakan seragam Manchester United. Ini akan menyenangkan, nikmati saja.”

“Setiap pemain akan pensiun, ini lebih santai, jadi ini lebih menyenangkan demikian juga para penggemar. Manchester United memiliki legenda 2013 dan 2015 melawan klub besar seperti Real Madrid dan Bayern Munchen. Ini dapat meningkatkan pendapatan uang untuk membantu anak-anak jadi semoga kami dapat mendapatkan banyak uang untuk membantu mereka. Saya sangat senang menjadi salah satu pemain untuk mengumpulkan uang itu, dari sisi pemain, ini akan menyenangkan melihat mantan rekan setim dan bermain bersama pemain legenda.”

Sumber : ESPNFC