Wayne Rooney kembali ke Everton setelah 13 tahun memperkuat Manchester United, dan hal itu membuat kisah manisnya di Old Trafford berakhir.

Mendengar kepergian dari ‘bintang’ The Red Devils, mengingatkan kita pada cerita di masa keemasan Sir Alex Ferguson. Ia adalah seorang manajer yang dipuji sebagai master di dunia kepelatihan sepakbola. Namun ia juga dikenang sebagai seorang manajer yang tak kenal ampun kepada para pemainnya, meskipun pemain tersebut adalah ikon klub dan menjadi ‘bintang’ di Manchester United.

Yang paling teringat adalah, saat kepergian Roy Keane pada pertengahan musim 2005, setelah komentar pedas tentang pemain muda United yang dianggap tidak pantas berseragam Setan Merah. Hal tersebut membuat Ferguson memutuskan untuk tidak menginginkannya lagi memperkuat skuat United yang dilatihnya.

Lalu, ada David Beckham yang mengalami proses berlarut-larut di mana hubungannya dengan sang manajer United (Sir Alex Ferguson) retak dan tidak bisa diperbaiki, dan juga Ruud van Nistelrooy, harus hengkang dari panggung Old Trafford karena menghadapi masalah yang sama dengan Beckham.

Mereka semua adalah pahlawan tim dan seorang pemain yang telah membantu klub mencapai puncak kejayaannya. Namun, hal itu tidak cukup untuk menghentikan Ferguson ‘meregangkan’ amarahnya. Fergie harus melakukan tugasnya sebagai manajer yang tegas dalam mengambil keputusan.

Tentu saja, Wayne Rooney juga pernah memiliki masalah dengan Ferguson. Konflik antara manajer dan pemain itu muncul di bulan-bulan terakhir kompetisi berjalan. Permasalahannya adalah pernyataannya Rooney yang menjelaskan bahwa ia telah mengeluarkan permintaan transfer, dan membuat publik bertanya-tanya tentang masa depannya di klub. Tentu saja, hal itu sulit untuk melihat bagaimana Rooney bisa tinggal di bawah asuhan Ferguson setelah pernyataan transfer yang ia utarakan.

Jadi, ketika Jose Mourinho memegang kendali di musim panas tahun lalu dan menggulingkan Rooney dari kesebelasan utama skuat United dalam waktu enam bulan-nya, hal yang sama seperti saat masih bersama Sir Alex Ferguson mungkin telah diharapkan Rooney. Namun, Rooney, sang pencetak gol terbanyak yang memecahkan beberapa rekor klub, tentu saja telah diantar menuju pintu keluar dari panggung Theatre of Dream.

Untuk pelatih yang dikenal penuh dengan banyak konflik, Mourinho, telah merundingkan situasi pelik tersebut dengan Wazza. Namun ia tahu jika sangat sulit mempertahankan sang ikon klub tersebut dengan caranya. Ditambah komentar dari media Inggris tentang Rooney di musim lalu, membuat para fans United gigit jari tentang masa depannya. Dan mereka siap menerima bahwa semua keputusan terakhir Rooney untuk United adalah yang terbaik.

Mourinho benar-benar mengatur rotasi pemain yang ia rencanakan pada bulan Juli selama konferensi pers saat hari dimana ia diperkenalkan sebagai manajer Manchester United. Ditanya tentang masa depan Rooney, ia secara spontan dalam pujiannya mengatakan jika sang kapten akan menjadi pemain yang tetap berada dalam ‘peran utama’. Dan Mourinho juga bersikeras Rooney akan terus dimainkan selama ia melatih Setan Merah.

“Dia tidak akan pernah menjadi pemain nomor enam bagi saya, ia tidak akan pernah menjadi seseorang yang bermain 60 meter dari gawang lagi,” jelasnya mengacu pada kecenderungan Rooney yang dimainkan jauh ke lini tengah di masa asuhan Van Gaal. “Ada banyak pemain dengan umpan besar, tetapi tidak ada banyak pemain yang bisa menempatkan bola di jaring. Bagi saya dia akan menjadi pemain nomor sembilan, sepuluh, ataupun 11, tapi bukan nomor enam atau bahkan delapan.”

Mourinho membingkai komentarnya tersebut sebagai sesuatu hal yang positif, dengan menekankan kemampuan mencetak gol Rooney. Namun, setelah mendatangkan Zlatan Ibrahimovic sebagai target man tim dan menyusul dengan merekrut Henrikh Mkhitaryan setelahnya demi memperkuat opsi menyerang United, realitas keadaan Rooney sangat jelas terlihat. Mourinho mulai membatasi aksi Wayne Rooney di atas lapangan dengan tidak menempatkannya ke dalam skuat utama.

Saat Oktober tahun lalu, ia masih tangkas menyatakan tentang masa depan Rooney, dengan menyebut jika pemain asal Inggris itu “tidak akan ke mana-mana”, namun pada bulan Februari lalu Mourinho mengubah pernyataannya dan ngotot mengatakan jika Rooney tidak memiliki jaminan berada di klub untuk waktu yang lama lagi.

“Anda harus bertanya apakah dia melihat dirinya tinggal di klub untuk sisa karirnya atau jika dia melihat dirinya yang sekarang, ia akan pindah, tidak ada jaminan,” katanya.

“Saya tidak akan pernah mendorong  atau mencoba untuk mendorong Legenda klub ini ke takdir lain,” tambahnya.

Mungkin itu adalah titik kunci. Sementara Ferguson bertindak banyak hal kepada ikon klub karena ia melatih Manchester United dari posisi yang sama sekali belum punya kekuatan, walau pada akhirnya Fergie dikenal sebagai manajer paling sukses dalam sejarah sepakbola Inggris, di mana hanya satu klub saja yang ia asuh ia mampu memenangkan 13 trofi Premier League, namun Mourinho, untuk semua prestasinya, harus lebih berhati-hati dalam penanganannya terhadap ikon klub.

Melihat saat hari terakhirnya di Chelsea, pentingnya membawa ruang ganti sebagai hal yang harus dijaga dengan baik. Yang terlihat adalah, saat sebuah keputusan mengejutkan terhadap penanganan Mourinho, terjadi kepada Ashley Cole dan Frank Lampard dimana mereka hengkang saat Mou datang kembali menangani Chelsea di tahun 2014.

Dalam kedua kasus tersebut, memperlihatkan sebuah ego dari seorang Jose Mourinho yang membuat banyak fans terluka, karena tidak memainkan ikon klub secara regular dan membuatnya hengkang begitu saja.

Seperti Rooney, Cole mendapati dirinya pada nikmat pertama kali dalam karirnya bersama Chelsea, tetapi Mourinho hanya menyatakan dalam sebuah pesan dengan mengatakan “Ashley adalah pemain top dan profesional” dan menyatakan bahwa ia adalah “pejuang” ketika ditanya tentang masa depannya (Cole). Lampard pun dikatakannya bahwa ia “sebagai salah satu pemain yang paling penting dalam sejarah klub”, dia bisa “melakukan apa yang dia inginkan” di Chelsea dan masa depannya.

Apakah sebuah pernyataan yang meluas dari seorang Mou kepada Rooney masih harus dilihat? Walau ia tinggal cukup lama untuk memecahkan berbagai rekor di Manchester United, dan menobatkan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa klub, hanyalah pesan emosional yang sanggup diberikan kepada Rooney saat dikabarkan telah setuju untuk bergabung dengan Everton.

Wazza telah melakukan hal baik, dan keputusannya pun demikian baiknya, suara pujian publik dan pernyataan dari sang manajer Jose Mourinho yang sudah tidak lagi menganggapnya layak menempati tim utama United pun menyertai kepergiannya (Wayne Rooney).

Dan pada akhirnya, Mourinho telah berhasil ‘menghilangkan’ pemain dengan gaji paling besar di Manchester United. Meskipun ia (Mourinho) juga telah menerima bergbagai tuntutan dari para fans Setan Merah, yang menuntutnya agar lebih menghormati seorang ikon klub karena hal tersebut adalah sebuah tradisi, dan mereka menyebut bahwa menghormati ikon klub sama saja seperti menghormati seorang pahlawan.