Marcus Rashford sempat jadi buah bibir ketika menjalani musim debut bersama Manchester United pada era Louis van Gaal, musim 2015/2016. Namun, justru di era Jose Mourinho penampilan Rashford seperti menurun. Baru-baru ini Mou buka suara dan membeberkan penyebab Mourinho sering cadangkan Rashford musim lalu.

Di era Van Gaal, tiga rekor langsung dicatatkan bocah yang masih berusia 18 tahun itu. Pada laga debut dengan tim senior, di babak 32 besar Europa League kontra wakil Denmark, FC Midtjylland, 25 Februari 2016, Rashford sukses memecahkan rekor pemain termuda United yang mencetak gol di kompetisi Eropa, yang sebelumnya dipegang oleh George Best selama puluhan tahun. Ketika itu, dia menyarangkan dua gol untuk kemenangan 5-1 bagi tim Setan Merah.

Tiga hari kemudian, 28 Februari 2016, dia membuat rekor berikutnya; sebegai pencetak gol United ketiga termuda di Premier League Inggris, setelah Federico Macheda dan Danny Welbeck. Catatan itu tercipta berkat dua golnya di laga kontra Arsenal; termasuk pula satu assist untuk kemenangan 3-2 atas klub tamu.

Lalu, 20 Maret 2016, Rashford memecahkan rekor pemain termuda yang mencetak gol dalam Derby Manchester di era Premier League, ketika gol tunggalnya berhasil mengantarkan The Red Devils menaklukkan Manchester City untuk pertama kali di kandangnya sendiri sejak 2012.

Hingga akhir musim, pemain kelahiran 31 Oktober 1997 itu mampu mengoleksi delapan gol, meski hanya dimainkan dalam 18 laga di semua ajang; sebagian besar sebagai pengganti. Sayang, di musim berikutnya, era Jose Mourinho musim 2016/2017, performa Rashford terlihat jauh menurun.

Rashford hanya membukukan 11 gol dalam 53 penampilan di semua ajang; salah satu jumlah penampilan terbanyak di antara para pemain United pada musim lalu. Memang, pemilik nomor punggung ‘19’ itu masih lebih banyak bermain sebagai pengganti; sebanyak 23 laga, dan hanya 30 laga sebagai starter.

Pemain legendaris United, Ryan Giggs yang sempat jadi asisten pelatih Van Gaal, menyebut masalah terbesar Rashford adalah inkonsistensi.

“Dia masih sangat muda, dan musim kedua selalu sulit bagi para pesepakbola muda seperti dia. Hal seperti itu sudah banyak terjadi pada pemain-pemain muda. Meski begitu saya rasa Rashford masih pemain yang menarik dan masih bisa jadi sosok pembeda di setiap pertandingan United. Masalah yang dia hadapi saat ini adalah inkonsistensi,” ungkap Giggs ikut berkomentar suatu ketika pada Maret 2017 lalu, seperti dilansir oleh laman Goal Internasional.

Giggs juga menilai kehadiran Zlatan Ibrahimovic pada musim lalu, membuat posisi Rashford di lini depan United menjadi lebih melebar. Terbukti, seperti dikutip dari Transfermarkt.com, dia memang lebih banyak digeser ke sisi sayap, bermain pada posisi penyerang kiri dalam formasi tiga penyerang yang diterapkan Mourinho. Beberapa kali dia juga dimainkan sebagai penyerang kanan, selain jadi striker utama ketika Ibrahimovic tak bisa diturunkan; termasuk ketika bomber maut itu mengalami cedera panjang jelang akhir musim. Menurut Giggs, itu yang membuat performa Rashford meredup.

Namun, tidak banyak yang tahu, ternyata Mourinho punya alasan lain soal keputusannya yang lebih banyak mencadangkan Rashford pada musim lalu. Menurut pengakuannya, rupanya keputusan itu bukan karena masalah strategi tim atau pemilihan pemain.

Menurut laporan The Sun, manajer yang berjuluk The Special One hanya mencoba untuk melindungi pemainnya dari sebuah masalah pada bagian tubuhnya. Memang tak pernah terungkap, Rashford mengalami cedera aneh di punggungnya pada musim lalu. Masalah itu sendiri muncul sebagai efek samping dari pertumbuhan badannya.

Dijelaskan bahwa tinggi Rashford mengalami pertambahan hingga 1 inci atau sekitar 2,5 cm dalam setahun terakhir. Namun, kondisi tersebut menyebabkan muncul rasa sakit pada punggungnya. Rasa sakit itu pun disebut cukup parah, sehingga Rashford sempat tak bisa mengikuti latihan tim.

Alhasil, Mourinho terpaksa memberikan perlakuan khusus terhadap cedera anak asuhnya itu. Juru taktik asal Portugal tersebut memutuskan untuk tidak terlalu banyak memainkannya, termasuk juga harus merahasiakan cedera itu agar Rashford tidak menjadi target permainan keras dari pemain lawan.

Bahkan, disebutkan bahwa Rashford juga sempat mendapat keistimewaan dari Mourinho. Pada laga tandang ke markas Chelsea di liga jelang akhir musim lalu, sang pelatih sengaja mengirim striker tim nasional Inggris itu kembali ke Manchester menumpang pesawat, sementara rekan setimnya serta jajaran pelatih dan ofisial pulang dengan kereta api.

Mourinho beralasan dia tidak ingin Rashford akan merasakan sakit lagi pada punggungnya, karena duduk terlalu lama dalam perjalanan dengan kereta api. Untung saja, kabarnya kini masalah cedera punggung tersebut sudah berhasil teratasi, dan Rashford pun diharapkan bisa kembali pada performa terbaiknya untuk mencetak banyak gol.